Sandiaga Ingatkan Kejadian Mei 1998
Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengingatkan sejarah perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia pada tahun 1998. Menurutnya people power saat itu bukti ketidakpuasan rakyat kepada pemimpinnya.
Sandi yang berpidato di Kantor Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandi di jalan Gayungsari, Surabaya, Jawa Timur pada Rabu (15/5/2019) menyebut jika 21 tahun lalu rakyat Indonesia menjalani hari-hari yang penting dalam perjalanan demokrasi bangsa ini dan banyak korban yang berjatuhan.
“Dua puluh satu tahun lalu sekitar tanggal 14 hingga 21 Mei 1998 terjadi perubahan politik kenegaraan kita yang sangat cepat. Sejumlah korban jatuh, beberapa diantaranya Mahasiswa, adik-adik generasi muda harapan kita,” ucap Sandi.
Menurutnya tekanan massa dan kekuatan mahasiswa saat itu membawa bangsa ini pada suatu tatanan baru yang dikenal sebagai Era Reformasi. Dalam era itu, tambah Sandi bangsa Indonesia memasuki era demokrasi.
Sandi mengatakan dalam reformasi 1998 negara ini memperoleh kebebasan berekspresi, berserikat dan wujud dari demokrasi ialah kedaulatan di tangan rakyat, bukan di tangan penguasa.
“Demokrasi adalah kebebasan berpendapat, berekspresi, berpendapat. Kita ingat saat Mei 1998 rakyat melakukan aksi people power yang berhasil menggulingkan penguasa,” ujar Sandi.
Dirinya menjelaskan bahwa ada harapan besar saat itu bila demokrasi yang rakyat pilih akan membawa bangsa ini pada kemajuan, kesejahteraan, kemakmuran, dan tentu saja keadilan. Namun menurutnya keadaan saat ini bertolak belakang dengan semangat demokrasi saat itu.
“Waktu itu ada harapan bila jalan demokrasi ini akan berjalan semakin baik dan membawa rakyat pada keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan. Namun 20 tahun lebih berlalu demokrasi kita saat ini begitu berbeda dengan semangat yang diusung saat itu,” jelas Sandi.
Politisi Gerindra ini mengatakan jika Mei 1998 merupakan milestone atau batu pijak penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
“Sejak masa perjuangan kemerdekaan kita mengalami siklus sejarah 20 tahunan. Setiap 20 tahun ada perubahan besar dalam perjalanan sejarah kita,” kata Sandi.
Sandi menceritakan jika di tahun 1908 anak-anak muda terdidik Boemi Poetra mengumandangkan Gerakan Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908). Dua puluh tahun kemudian (28 Oktober 1928) pemuda pemudi pejuang Indonesia mendeklarasikan tekad bersatu padu dengan Sumpah Pemuda.
Lalu Pada tahun 1945, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Dua puluh tahun kemudian, pada tahun 1965 terjadi revolusi pergantian kepemimpinan nasional, dari Bung Karno kepada Pak Harto.
“Suatu revolusi yang memakan korban, tidak saja rakyat kebanyakan, tetapi juga sejumlah Jenderal TNI para pemimpin tentara kita menjadi korban kebiadaban Gerakan 30 September PKI,” Tutup Sandi. (faq)