Sampaikan Visi Misi, Totok Lusida Dijagokan Jadi Ketum DPP REI
Sosialisasi Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) 2019-2022 digelar di Hotel Shearton Gandaria, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2019. Dua kadidat menyampaikan visi dan misi di depan para pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Mereka adalah Paulus Totok Lusida dan Joko Suranto.
Siapa kedua kandidat yang akan maju dalam pemilihan Ketum di Musyawarah Nasional (Munas) DPP REI, 27 Nopember 2019 mendatang? Totok Lusida adalah Sekretaris Jenderal DPP REI dan mantan Ketua DPD REI Jatim. Sedangkan Joko kini Ketua DPD REI Jawa Barat.
Totok Lusida dikenal sebagai pengusaha properti ini dikenal mempunyai jaringan yang sangat luas. Baik dengan para pengusaha properti nasional maupun dengan kalangan pemerintahan. Juga telah berpengalaman mengurus DPP mendampingi Ketua Umum DPP REI (2017-2019) Soelaeman Soemawinata.
Dalam penyampaian visi dan misinya, Totok Lusida kembali menegaskan komitmen dirinya untuk melakukan konsolidasi seluruh potensi anggota REI. Dia tidak ingin kekuatan REI terpecah belah karena perbedaan dukungan di musyawarah nasional (munas) mendatang.
"Konsolidasi sudah saya lakukan sejak dua tahun terakhir ini dengan merangkul seluruh daerah untuk bersama-sama membesarkan REI. Dan konsolidasi akan menjadi misi pertama saya kalau saya dipercaya sebagai Ketum REI. Jangan lagi ada gap-gap diantara kita. Oleh karena itu, jika teman-teman sepaham dengan misi (konsolidasi) ini, maka mohon dukung saya untuk mewujudkannya," ujarnya.
Ditambahkan, REI adalah organisasi yang besar dan berwibawa. Oleh karena itu, kurang baik bila menjadi terkotak-kotak karena perbedaan dukungan maupun cara pandang. Menurut Totok, alangkah indahnya kalau semua kekuatan bersatu dan memanfaatkan REI untuk memperjuangkan kepentingan bersama.
Di dalam kesempatan itu, selain mengucapkan terimakasih kepada Ketua DPD REI Jawa Timur Danny Wahid dan seluruh anggota REI Jawa Timur yang terus menerus mendorong dirinya untuk maju sebagai Caketum REI, Totok Lusida juga memperkenalkan istri dan putra keduanya kepada seluruh anggota REI.
"Waktu tiga tahun ini adalah pengorbanan yang luarbiasa, dan saya sudah bicara dengan keluarga untuk mewakafkan sepenuhnya diri saya untuk membangun REI. Kebetulan waktu saya menjadi ketua senat di Unair, sekretarisnya adalah istri saya, sehingga dia sudah paham bahwa kalau berorganisasi akan mengorbankan segalanya," kata Totok.
Owner sejumlah perusahaan properti tersebut berjanji akan meningkatkan pelayanan organisasi bagi seluruh anggota REI, dengan menerapkan program tanggap lugas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan anggota REI di daerah. Hal itu menyikapi semakin banyak dan kompleksnya masalah di sektor properti terlebih banyaknya produk regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Menurut Totok, terakhir DPP REI dan Kementerian PUPR sudah berkomitmen untuk membicarakan dulu regulasi yang akan diterbitkan, sehingga tidak menimbulkan polemik di lapangan. Berikutnya yang perlu diperkuatkan adalah memback-up DPD REI untuk mengawal peraturan daerah (perda) yang berpotensi merugikan pengembang di daerah.
"REI ini adalah mitra pemerintah dan bukan pelaksana. Posisi kita jelas yakni sebagai mitra, itu komitmen saya," tegas Totok.
Misi lain yang diusung Totok Lusida adalah menjadi pemimpin opini strategis dalam berbagai kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang perumahan. Dia menegaskan ide-ide REI perlu diperjuangkan supaya dapat dilaksanakan pemerintah.
Salah satu ide yang sedang diperjuangkan REI saat ini adalah mengusulkan pengurangan jangka waktu (tenor) kredit FLPP dari sekarang hingga 20 tahun menjadi 5 tahun dengan degradasi atau menjadi sekitar 7 tahun. Dengan begitu, maka kuota FLPP tahun depan yang hanya 100 ribu unit bisa dioptimalkan hingga tiga kali lipat tanpa membebani APBN.
"Secara lisan, Menkeu, Menteri PUPR bahkan Presiden Jokowi saat bertemu dengan REI kemarin sudah menyetujui ide ini. Tinggal kita mengawal saja," papar dia.
Totok Lusida yang kini menjabat Sekjen DPP REI juga mengungkapkan cita-citanya untuk mensinergikan pengembang besar dan pengembang kecil di daerah. Untuk itu, dirinya nanti akan membentuk Pokja Kerjasama Pengembang Besar dan Pengembang Kecil di bawah koordinasi Waketum DPP REI bidang Pengembangan Usaha untuk bekerjasama melakukan aturan hunian berimbang.
Diharapkan pengembang daerah bisa kuat dengan diback-up pengembang besar. Saat ini REI sedang memperjuangkan supaya pola kemitraan ini memiliki payung hukum jelas, antara lain dengan judicial review UU Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) yang menjadi acuan hunian berimbang.
"Saya ingin pengembang daerah semakin kuat. Itulah mengapa program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang cukup sukses dalan tiga tahun terakhir tetap diteruskan, bahkan ditingkatkan lagi frekuensi dan materinya," ujar Totok.
Dia berjanji akan fokus mengawal dan menyelesaikan masalah-masalah pengembang di daerah terutama pengembang rumah subsidi. Karena hampir 85 persen anggota REI adalah pengembang rumah subsidi. Totok pun berkomitmen untuk tetap rajin turun mendengarkan aspirasi pengembang di daerah-daerah. *)
Advertisement