Pidato Perdana, Ketum MUI Baru Ajak Jaga Silaturahmi
Ketua Umum MUI terpilih, KH Miftachul Akhyar dalam pidato perdananya pada penutupan Munas X MUI mengatakan misi berdakwah yang akan diemban selama lima tahun ke depan bukanlah hal mudah. Menurutnya tugas baru yang harus dia pikul merupakan amanah yang sangat berat.
"Saya ini yang lebih terbebani daripada yang lain karena saat ini bukan hanya anak bangsa, tetapi dunia juga menanti kiprah dan apa yang akan kita suguhkan kepada mereka," ujarnya.
Kiai Miftach juga memaparkan konsep berdakwah yang akan dia lakoni selama masa kepemimpinannya nanti. Katanya, akan membawa arus dakwah Islam menjadi lebih berwarna dengan menyongsong nilai kedamaian agama Islam sebagai ciri khas cara berdakwahnya tanpa ada sistem provokasi yang justru bisa memecah belah umat muslim terutama di Indonesia.
"Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela," katanya.
Dia memahami bahwa Indonesia sangat erat kaitannya dengan keberagaman bangsa dan organisasi keagaaman di dalamnya. Maka dari itu, dia memandang menjadi perlu untuk adanya kerjasama dengan setiap ormas-ormas keislaman.
Menurut dia, mengemban tugas berdakwah bersama, dengan menyatukan visi dan misi dari setiap ormas-ormas Islam yang ada dan saling mempererat tali silaturahmi dalam rangka memberikan kemajuan untuk masyarakat muslim di nusantara.
"Tugas berat ini, tidak bisa ditanggung sendiri, tetapi kebersamaan. Mari tetap jaga silaturahmi. Bagaimana Indonesia yang merupakan negara terbesar penduduk muslimnya, bukan besar jumlahnya, tapi pikiran, produk-produknya, dinantikan umat dan bangsa di seluruh dunia," kata dia.
Munas X MUI resmi ditutup Jumat, 27 November 2020. Wakil Presiden RI yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Prof KH Ma'ruf Amin menutup perhelatan lima tahunan ini.
Selain menetapkan kepengurusan baru periode 2020-2025, Munas MUI juga mengeluarkan rekomendasi yang tertuang dalam Taujihat Jakarta.