Sampah di Lokasi Wisata Banyuwangi Disulap Jadi Bernilai Ekonomi
Greeneration Foundation, sebuah organisasi non profit melakukan sebuah program pengelolaan sampah pada destinasi wisata. Organisasi ini melakukan pendampingan pada masyarakat untuk mengelola sampah dan memanfaatkannya menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomi dan berkelanjutan.
Manager Community Empowerment Greeneration Foundation, Dimas Teguh Prasetyo, menyatakan, Pemerintah banyak mengembangkan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) dan non KSPN. Namun, dalam pengembangan KSPN ini tidak mencakup persoalan pengelolaan sampah.
“Sebagai lembaga non profit yang memang punya tanggung jawab untuk mengisi kekosongan itu, kami kemudian fokus ke arah pendampingan komunitas, masyarakat, khususnya untuk punya sistem pengelolaan sampah,” jelasnya.
Ditemui usai pelaksanaan acara EcoRanger Waste to Energy Dissemination di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Dimas, menjelaskan, bahwa sejak tahun 2018, pihaknya sudah konsen dalam pendampingan komunitas dengan sasaran destinasi wisata. Di Banyuwangi, menurutnya pendampingan ini dilakukan di sekitar Pulau Merah dan Pantai Pancer.
Untuk program pendampingan ini, menurutnya, Greeneration memiliki framework yang bernama EcoRanger. EcoRanger ini memiliki beberapa kerangka besar selama tiga tahun melakukan pendampingan.
“Kami menggunakan lima aspek pengelolaan sampah,” tegasnya.
Pertama, aspek operasional yang berkaitan dengan fasilitas. Seperti membangun tempat pengelolaan sampah, atau bank sampah. Berikutnya aspek kelembagaan yang berkaitan dengan siapa yang mau mengerjakan pengelolaan sampah.
“Kalau di sini lembaganya EcoRanger dan Emvitrust,” katanya.
Selanjutnya, ada aspek pelibatan masyarakat. Salah satunya termasuk pelibatan masyarakat dalam even tertentu. Yang keempat adalah aspek regulasi. Menurutnya, aspek regulasi ini sangat penting agar memiliki dasar hukum dalam setiap langkahnya.
“Nanti misalnya, Emvitrust atau EcoRanger mau narik iuran buat bank sampah, dasar hukumnya apa. Desa harus membangun Bumdes, kita bantu advokasi,” bebernya.
Aspek kelima adalah pendanaan keberlanjutan. Aspek pendanaan ini bisa jadi dari kewiraswastaan. Contohnya menjual produk pengolahan sampah, bisa juga dengan membuka jasa training konsultan dan lain sebagainya.
“Jadi lima aspek itu ada dan sudah tercapai dalam pendampingan EcoRanger,” tegasnya.
Lebih jauh dijelaskan, pengelolaan sampah di wilayah Pulau Merah dan Pantai Pancer selama tiga tahun ini telah menghasilkan berbagai produk. Baik produk jadi maupun produk itu sendiri. Dia menekankan, pada prinsipnya sampah itu masih bisa bernilai.
“Termasuk orang yang mengerjakan itu pun bernilai. Karena mind set-nya yang ngambilin sampah pemulung, bajunya compang-camping, kesejahteraannya sedikit rendah, jadi kita mau angkat itu,” katanya.
Di Pulau Merah dan Pantai Pancer saat ini sudah ada bank sampah dan dua fasilitas pengelolaan sampah yang telah menghasilkan produk bernilai ekonomi. Mulai budidaya magot. Caranya, sampah organic diberdayakan untuk jadi makanan ulat magot. Ulat maggot ini bisa dijual untuk pakan ternak. Untuk sampah organik yang dimuntahkan maggot bisa menjadi kasgot. Kasgot ini bisa digunakan menjadi pupuk.
Pengelolaan sampah organik dengan sistem windrow composting bisa menghasilkan pupuk organik. Tidak hanya itu, dari pengelolaan sampah ini juga dibangun biogas yang bisa menghasilkan gas dikonversi menjadi gas biasa untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak. Dan air sisanya bisa jadi pupuk cair.
“Termasuk sampah material daur ulang kita distribusikan ke pengepul besar yang nanti akan dicacah jadi biji plastik,” pungkasnya.
Advertisement