Penjual Bunga di Jombang, Tak Bisa Berharap Untung Banyak
Menjelang hari raya Idul Fitri seperti sekarang, biasanya menjadi ladang basah bagi para penjual bunga untuk takziah. Sudah menjadi tradisi orang Indonesia, setiap kali akan memasuki bulan Ramadan dan menjelang berakhirnya ramadan banyak orang yang bertakziah kepada orang tua yang sudah meninggal.
Banyaknya orang yang bertakziah itu biasanya dimanfaatkan pedagang bunga musiman untuk mengais rezeki dengan berjualan bunga. Seperti yang dilakukan para pedangan bunga musiman Jalan Raya Diwek. Ruas Jalan ini ada sekitar lima penjual bunga di titik yang berbeda.
Salah satunya Mudrikah, penjual bunga di depan pasar Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mudrikah menjual beraneka bunga seperti mawar, pacar air, pandan, melati, kenanga dan bugenvil yang terbungkus ke dalam plastik pun daun pisang. Untuk bunga dalam plastik, per bungkusnya dibanderol Rp 5 ribu. Sedangkan bunga yang terbungkus daun per tiga bungkus dihargai Rp 10 ribu.
Bunga ini didapatnya dari tengkulak bunga yang rumahnya di Desa Dempok. Mudrikah biasanya hanya menjual bunga setiap dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri.
“Saya jualannya biasanya memang dua hari sebelum hari raya buat nambah duit. Ramainya kan hari-hari itu” kata Mudrikah beralasan.
Namun, untuk tahun ini dia merasa dagangannya bunga seret. Tak seperti tahun lalu. Tahun llau Mundrikah mengingat hari-hari seperti sekarang ini sudah banyak pemudik yang datang pulang kampung. Namun sekarang, hanya warga sekitar yang membeli bunganya.
Alhasil, pendapatannya pun menjadi merosot tajam. Namun dia, tetap mensyukuri berapa pun yang didapat. Dia paham, jika pendapatannya tahun ini tak seperti tahun lalu karena ada pandemi virus Corona. Pandemi membuat orang tak mudik pulang kampung.
Untungnya, Mudrikah adalah satu satu warga yang mendapat bantuan sembako dari pemerintah. Tak hanya sembako dari pemerintah, dia juga mendapat bantuan dari pondok pesantren sekitar rumahnya. Mudrikah menerima bantuan beras 10 kilogram dan telur 2 kilogram. Selain itu masing-masing kacang hijau, ayam dan satu kilogram kentang.
Senasib dengan Mudrikah, Karomah penjual bunga yang lain pun mengatakan hal sama. Karomah adalah warga Tebuireng. Dia juga menjual bunga untuk nyekar untuk tambahan pendapatan.
Namun beban yang harus dipikul Karomah mungkin lebih berat dibanding Mudrikah. Sejak pandemi Corona, dia harus menghidupi kedua anaknya yang terpaksa menganggur lantaran diliburkan dari tempat kerjanya.
Karomah memilih dua hari sebelum puasa pun dua hari sebelum lebaran lantaran waktu pada tersebut banyak orang yang nyekar. Dia pun mendapat bunga dari tengkulak di Dukuk Kelapa, Jombang.
“Saya milih jadi jualan ini lantaran mudah dan itu yang bisa saya lakukan. Dua hari sebelum lebaran dan sebelum puasa itu banyak pembelinya, tapi sekarang banyak yang nggak beli” ceritanya.
Dmpaknya, omzetnya pun menurun. Jika tahun yang lalu sehari bisa meraup Rp 400 ribu, namun sekarang Rp 100 ribu. Belum lagi kendala bunga yang busuk lantaran cuaca yang terlalu panas. Meski demikian, Karomah tetap bersyukur karena mendapat bantuan dana Rp200 ribu dari pemerintah setempat.
“Alhamdulillah kemarin ada bantuan Rp 200 ribu” tutupnya.
Advertisement