Sambut Imlek, Berharap Pemilu 2019 Damai
Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) di Kota Probolinggo berbenah dan berhias dengan dominasi warna merah, Senin, 4 Februari 2019. Soalnya, warga Tionghoa penganut Khonghuchu, Tao, dan Budha sedang menyambut Tahun Baru Imlek 2570 di TITD yang popular dengan sebutan Klenteng Sumber Naga.
“Sebenarnya, rangkaian menyambut Imlek sudah kami mulai sejak Minggu kemarin,” ujar Ketua TITD Sumber Naga, Adi Sutanto Syahputera, Senin. Dimulai dengan doa dan membersihkan patung dewa seperti Dewa Tan Ho Tjin Jin.
Hari ini, Senin, sedari pagi, umat tiga agama itu semakin sibuk mempersiapkan ritual di klenteng satu-satunya di Kota Probolinggo. Sejumlah lampion digantung di halaman klenteng, sejumlah lilin mulai berukuran kecil, sedang, hingga jumbo ditata demi menyambut Imlek.
Adi yang mengaku sudah sekitar 10 tahun mengabdi di Klenteng Sumber Naga mengatakan, sekitar 500 jemaat akan beribadah di klenteng yang sudah berumur ratusan tahun itu.
Sejumlah lilin berukuran raksasa tampak mencolok di teras depan klenteng. Semua lilin, juga semua peranti upacara merupakan sumbangan dari umat Tri Dharma (tiga agama).
Lilin berbobot 1.000 kati (1 kati = 0,5 kilogram) harga sekitar Rp 20 juta, bisa menyala selama tiga bulan. “Yang gedean lagi, 2.000 kati, harganya Rp 40 juta bisa menyala enam bulan,” ujar Adi.
Menurut pria yang sudah hampir 10 tahun ini mengabdi di Klenteng Sumber Naga, nanti ada sekitar 500 jemaat atau umat yang akan beribadah. Tidak sekadar ritual ibadah, umat Tri Dharma juga memeriahkan Imlek dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk.
“Kalau ulang tahun klenteng, pergelaran Wayang Potehi. Untuk Imlek, kami sajikan wayang kulit,” ujar pengusaha beras, UD AKAS itu.
Adi berharap, tahun baru Imlek 2570 yang bertepatan dengan Tahun Babi membawa hoki tersendiri. Di antaranya keselamatan, kesehatan dan kedamaian bangsa Indonesia. Lebih-lebih akan menghadapi Pemilu 2019. “Semoga Pemilu 2019 berlangsung lancar, aman, dan damai,” ujarnya.
Keberadaan Klenteng Sumber Naga sendiri sudah dilindungi Perda Cagar Budaya. “Klenteng ini sangat tua. Bayangkan saja, pada tahun 1865 pernah direhab untuk kali pertama. Usianya sudah ratusan tahun,” ujar Adi. (isa)
Advertisement