Sambil Jalan Sehat Guru Honorer Curhat ke Mendikbud
Menteri, guru dan siswa berbaur menjadi satu mengikuti gerak jalan sehat, memperingati Hari Guru ke 76, Minggu 25 Nopember 2018.
Gerak jalan ini diberangkatkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, dari halaman Kantor Kemdikbud Jl Sudirman Senayan. Menempuh jarak sejauh lima kilo meter dan diikuti sekitar 5000 peserta. Muhadjir bersama istri dan seorang putranya yang masih duduk di bangku SD.
Beberapa guru honorer memberanikan diri curhat kepada Mendikbud bahwa sudah 12 tahun menjadi guru honorer, tidak diangkat angkat, honornya sangat kecil dan sering terlambat.
"Murid saya sudah ada yang jadi dokter, tapi saya masih tetap guru honorer," kata yang mengaku bernama Sofiyah dari Bekasi.
Kepada guru honorer yang curhat itu, Mendikbud minta agar bersabar, pemerintah sedang berihtiar untuk menyelesaikan nasib guru honorer.
"Bukan soal guru honorer saja, tapi pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan pendidikan nasional yang yang grade-nya masih kalah dengan beberapa negara tetangga," kata Mendikbud.
Sambil berjalan melewati rute yang telah ditentukan, Mendikbud juga bercerita tentang mutu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dikatakan masih belum memuaskan.
Banyak lulusan SMK belum siap pake, sehingga harus bekerja di luar disiplin ilmu yang dipelajari. "Alasannya sederhana, belum ada perusahaan yang mau menerima," kata Mendikbud.
Untuk memenuhi kebutuhan guru di (SMK), Kemdikbud memberi kesempatan kepada tukang bengkel mobil, bengkel sepeda motor, tukang listrik, pelaut, ahli bangunan koki dan desainer, untuk menjadi guru SMK.
Mereka akan diangkat menjadi instruktur di SMK sesuai dengan skil yang dimiliki. Upah yang dijanjikan sama dengan PNS, tapi statusnya sebagai tenaga kontrak.
Menurut Mendikbud selama ini banyak SMK yang didirikan asal asalan, yang penting berlabel SMK, tanpa didukung guru dan tanaga kependidikan yang mumpuni.
"Dalam perkembangannya tidak bertambah maju malah kehabisan murid. Ada SMK yang siswanya hanya 15 orang. Tidak bisa maju karena guru gurunya asal comot, tidak dilihat keahlian dan bidangnya," kata Mendikbud.
Belajar dari pengalaman ini, Menteri Mendikbud mengapresiasi penumbuhan minat kewirausahaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Mendikbud berharap agar kegiatan "SMK Pencetak Wirausaha" yang dilaksanakan Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) dapat diperkuat dan dikembangkan lagi.
"Pembelajaran kewirausahaan itu bukan sekadar mengajari teori-teori saja. Tetapi harus dicoba, dilakukan, dipraktikkan. Yang penting itu menciptakan iklim yang mendukung tumbuhnya jiwa kewirausahaan," ujar Mendikbud Muhadjir Effendy
Menurut Muhadjir, modal utama seorang wirausahawan adalah keberanian mengambil risiko, cermat melihat dan menangkap peluang, serta kemampuan menghadirkan sesuatu yang berbeda.
"Kalau berhasil, tidak mudah puas. Dan kalau gagal, tidak kapok," katanya. (asm)