Sambal Dede Satoe, Berawal dari Hobi Kini Tembus Amerika
"Mulai bayar stand, akomodasi selama pameran dan lain-lain ditanggung semua oleh Semen Indonesia. Padahal itu semua, sangat mahal. IKM ini tinggal memikirkan bagaimana produk ini laku, " ujarnya.
Enam orang ibu-ibu terlihat sedang "berjamaah"membuat sambal di sebuah ruang. Luasnya sekitar 5x5 meter.
Tapi jangan salah, ibu-ibu ini bukan sedang menyambal untuk pesta hajatan. Tapi aktivitas itu bagian dari proses produksi sambal di Industri Kecil Menengah (IKM) Dede Satoe.
Letaknya di Jalan Tenggilis Timur VI, Surabaya. Meski kelasnya hanya IKM, tapi jangan sepelekan soal kebersihannya. Ruang produksinya saja, kebersihannya standar internasional. Tak semua orang bisa masuk.
(IKM) Dede Satoe ini milik Susilaningsih, pensiunan PNS Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Ia mulai menekuni dunia Industri Kecil Menengah (IKM) Sambal Dede Satoe sejak 2011 silam. Sembari merintis, ia menyulap halaman rumahnya menjadi ruang produksi. Kebersihannya standar internasional. Harus selalu bersih dan tak semua orang bisa bebas masuk.
"Saya mulai usaha saat pensiun dari PNS pada 2011. Saya memang hobi masak, tapi di usia saya sekarang, mau masak untuk siapa? Maka, terpikirlah untuk memasarkan sambal. Paling mudah itu lak sambal tho. Mudah dalam hal bahan baku, karena tersedia di Jawa Timur. Tinggal nyambal, jadi," ujar Susilaningsih, menceritakan awal mula ia memulai usahanya.
Saat memulai usaha, Susilaningsih mengaku hanya bemodal Rp. 50.000. Modal itu, ia gunakan untuk memproduksi satu kilogram yang cabai saja. Dari satu kilogram cabai, bisa dihasilkan menjadi sepuluh kemasan.
Sepuluh kemasan itu, kemudian ia coba tawarkan ke kerabat, teman dekat dan tetangga. Ternyata responnya bagus. Mereka suka dengan sambal buatan Susilaningsih. Sepuluh kemasan yang ia buat, ludes. Keuntungan pun didapat.
"Hasil keuntungannya, bisa sampai seratus ribu waktu itu," ujarnya.
Mendapat respon yang bagus dari pembeli itu, membuat Susilaningsih semangat. Apalagi melihat keuntungan yang didapat. Akhirnya, perempuan berjilbab ini menambah kapasitas produksinya. Awalnya hanya 1kg cabai, meningkat hingga 50kg cabai yang harus ia olah.
"Hingga menyentuh 50 kilo, saya akhirnya menambah pekerja dua orang yang juga ibu-ibu," kata dia.
Susilaningsih pun tak perlu khawatir soal tenaga kerja. Karena barang yang diproduksi barang sederhana. Hanya sambal. Tentu semua ibu-ibu rumah tangga tak asing lagi. Apalagi tetangga sekitar rumah juga banyak yang bisa direkrut jadi tenaga kerja.
"Karyawan saya adalah tidak jauh dari radius rumah saya, di Tenggilis Timur ini," tambahnya.
Menjadi Binaan Semen Indonesia
Berkembangnya IKM Sambal Dede Satoe, kata Susilaningsih tak lepas dari dukungan beberapa instansi pemerintah. Salah satunya, Semen Indonesia. Perusahaan semen plat merah ini memberikan pinjaman modal, sebesar Rp 50 juta. Pinjaman ini ia gunakan untuk membangun ruang produksi. Alasannya untuk menunjang kualitas produknya juga.
Selain mendapatkan pinjaman modal, Susilaningsih juga sering diajak pameran ke mana-mana. Rajin pameran ini ia anggap sangat membantu sekali dari segitu pemasaran. Saat diajak pameran oleh Semen Indonesia itu, Susilaningsih tak perlu pusing memikirkan biaya. Karena semua kebutuhan, sudah ditanggung oleh Semen Indonesia. Mulai bayar stand, akomodasi selama pameran dan lain-lain ditanggung semua oleh Semen Indonesia. Padahal itu semua, sangat mahal.
"IKM ini tinggal memikirkan bagaimana produk ini laku, " ujarnya.
Tapi untuk sampai pada tahap diajak pameran oleh Semen Indonesia, kata dia prosesnya tak gampang. Dia menceritakan, sebenarnya IKM Sambal Dede Satoe menjadi IKM binaan Semen Indonesia sebenarnya sudah dua periode. Tapi baru diberi kesempatan ikut Jatim Fair pada 2016 lalu.
"Ketika itulah produk saya akhirnya dilirik oleh buyer-buyer lain, salah satunya dari Amerika," ujarnya
Tembus Pasar Amerika
Produk Sambal Dede Satoe akhirnya bisa menembus pasar Amerika pada Januari 2017 lalu. Bisa menembus pasar Amerika, tentu membuat Susilaningsih gembira. Pasalnya, itu sudah sesuai dengan visinya, yakni mengglobalkan Dede Satoe.
"Visi itu sudah saya buat sejak saat saya mengulek 1 kilogram sambal Dede Satoe dulu," ujarnya.
Dede Satoe sudah kini sudah ada di pasar Los Angeles, Virginia dan beberapa wilayah lain di Amerika. Tapi untuk menembus pasar Amerika bukanlah hal mudah. IKM Sambal Dede Satoe harus lebih dulu melewati beberapa uji kualitas mutu dari instansi pangan di sana.
"Proses penerimaan makanan di Amerika sana sangatlah ketat, jadi produk saya harus melewati sertifikasi Food and Drug Agency (FDA). Setelah terdaftar disana, diuji kembali, prosesnya bisa sampai enam bulan," katanya.
Pun demikian juga dengan persyaratan legalitas yang tak kalah ribetnya. Susilaningsih harus mengurus berbagai izin, mulai dari izin usaha, sertifikasi merek, uji laboratoium, sampai pendaftaran ISO. Total ada 18 legalitas yang sudah diurus oleh Susilaningsih. Hebatnya lagi, Susilaningsih tak perlu membayar.
"Saya punya visi mengglobalkan Dede Satoe. Maka segala legalitas harus saya urus. Alhamdulillah, pemerintah juga mendukung, maka semua legalitas ini tanpa ada biaya sepeser pun," ujarnya.
Sejak bisa tembus pasar Amerika, omzetnya pun meningkat pesat. Dari yang awalnya hanya sekitar Rp 10 juta, kini bisa berkali-lipat.
Meski sudah tembus pasar Amerika, Susilaningsih tak mau cepat berpuas diri. Dia masih ingin sambalnya bisa tembus ke negara-negara lain selain Amerika. Untuk mencapai targetnya itu, dia berharap Semen Indonesia masih mau membantunya. Yaitu dengan berpameran di luar negeri.
"Harapannya, saya dan teman-teman IKM yang lain bisa diajak pameran ke luar negeri. Tak usah jauh-jauh dulu. Misalnya ke Malaysia dulu. Produk asli Indonesia ini juga harus dikenal oleh dunia luas," katanya.
Pesaing Sambal
Bicara persaingan, perempuan kelahiran 5 Februari 1955 ini mengatakan, memang banyak produk sambal-sambal lain. Bahkan ada juga yang lebih dulu dari Dede Satoe.
"Memang ada sambal yang terlebih dulu ada. Tapi saya menanamkan kualitas produk. Mulai kemasan, kebersihan, bahan baku harus bagus. Itu sudah tertancap dalam diri saya," katanya
Selain menjaga kualitas, inovasi produk juga menjadi andalan IKM Sambal Dede Satoe. Sambal Dede Satoe kini sudah memiliki 15 varian rasa, di antaranya: Sambal Surabaya Extra Pedas, Sambal Ikan Teri, Sambal Ikan Peda, Sambal Ikan Klotok, hingga yang terbaru adalah Sambal Ikan Roa.
Melihat sebagian besar bahan bahan bakunya adalah ikan, Susilaningsih sangat selektif sekali dalam memilih. Ia mengharamkan ikan yang sudah terkontaminasi bahan berbahaya, sebagai bahan bakunya. Ikan yang ia pilih harus segar dan higienis.
"Saya tidak mau memasok ikan yang ada kadar formalin dan boraksnya. Saya uji laboratorium terlebih dahulu," katanya.
Berkat menjaga kualitas produknya itulah, kini sambal yang dipatok dengan harga mulai Rp 25.000 per kemasan, itu laris manis dipasaran. Tak perlu jauh untuk mencicipi pedas dan nikmatnya sambal Dede Satoe. Sambal ini sudah tersedia di seluruh Carrefour di Indonesia. Produk ini juga tersedia beberapa toko oleh-oleh di Surabaya dan Jakarta. (frd)
Advertisement