Sambal Bajak Ulek Yuk Ludjeng, Tampil di Semen Expo 2017
Suka sambal? empat varian sambal khas Kota Gresik ini dijamin bisa memuaskan selera Anda. Tak perlu meracik dan mengulek, karena sudah tersaji dalam kemasan dengan rasa pedas yang pas.
Mungkin, banyak masyarakat Indonesia yang suka sambal, terlebih dengan varian beragam. Namun tentu rasanya kurang kalau belum mencoba varian "Sambal Bajak Tradisional" produksi tangan Ludjeng Sunanik, warga Kota Gresik.
Sambal yang dibuat dengan ulekan tulen tangannya memiliki empat varian, yakni original, ikan tongkol, teri medan, dan kacang.
Saat ini memang sambal bajak sudah hadir lebih dahulu sebagai pelengkap sambal terasi dan sambal masak rumahan. Tapi, sambal yang memiliki warna merah kecoklatan ini selalu nikmat dipadukan dengan berbagai lauk makanan sekalipun krupuk.
Menurut Ludjeng Sunanik, dirinya tak pernah sekalipun berpikiran merintis usaha sambal yang kini sudah dinikmati di seluruh Indonesia. Hanya saja dukungan dari rekan dan usaha cateringnya lah yang mengantarkannya memproduksi sambal bajak ini.
"Asal mula bikin sambal saat pertemuan reuni SMA dan saya buat souvenir bikin sambal bajak dalam kemasan, dari berbagai varian. Akhirnya ketika itu banyak yang suka dan mulailah banyak yang memesan ke saya," ujar Ludjeng Sunanik.
Sambal buatannya ini pun, diklaim bisa tahan selama satu bulan, jika tanpa membuka segel. Dirinya juga mengakui, sambal buatannya ini mempunyai bahan pengawet supaya bisa bertahan lama.
"Tak mungkin sambal itu tanpa bahan pengawet apalagi dikemas seperti ini, jadi saya gunakan bahan pengawet. Tapi bahan pengawetnya saya gunakan sesuai dengan kesehatan dan takarannya pun yang dianjurkan," katanya.
Selain itu, dia juga menjelaskan proses produksi sambalnya ini dibuat secara manual, tanpa menggunakan mesin. Menurutnya membuat sambal menggunakan mesin itu hasilnya kurang pas, mulai dari bentuk dan rasa.
"Ini benar-benar saya ulek sendiri pakek tangan, saya juga pernah menggunakan mesin tapi hasilnya kurang memuaskan, soal kepadatan, rasa kurang enak. Selain itu kalau diblender terlalu banyak air, jadi rasanya tentu gak enak," urainya.
Ludjeng menjelaskan rasa pedas yang dia buat pada sambalnya ini memiliki level standar. "Kepedasannya sengaja tidak saya kasih berlebihan, karena saya bayangkan sendiri jika makan terlalu pedas itu tidak nikmat," tambahnya.
Sambal Bajak prosduksi Yuk Ludjeng ini di patok dengan harga yang relatif terjangkau, yakni Rp. 20.000, tapi jika dipasarkan diluar dipatok harga Rp. 25.000.
Jadi Binaan Semen Indonesia
Ludjeng Sunanik memutuskan masuk dalam UKM binaan Semen Indonesia satu tahun yang lalu. Setelah mendapatkan cerita dari temannya yang menguntungkan setelah bergabung.
"Saya rasa ini sangat membantu UKM dan mereka juga selalu mendukung apa yang kita kerjakan," kata dia.
Memang Semen Indonesia selama ini memberikan bantuan berupa modal pinjaman usaha dengan bunga yang terbilang cukup rendah jika dibandingkan dengan pinjaman di bank pada umumnya.
"Pinjaman mereka sangat membantu, meski jumlah pinjamannya tak begitu banyak tapi sangat membantu, dan bunganya juga sangat sangat rendah sekali," sambungnya.
Menurutnya, selain memberikan pinjaman modal, Semen Indonesia juga membekali setiap UKM yang dibinanya dengan berbagai pelatihan, dan pameran. Baginya, ini sangat membantu bagi UKM seperti dirinya untuk lebih memasarkan produk ke berbagai pelosok Indonesia.
Saat ini Ludjeng Sunanik dengan usaha "Sambal Bajak Tradisionalnya" juga mengikuti pameran UKM di Semen Indonesia Expo 2017 di Wisma Semen Gresik, yang dibuka pada 28 Desember hingga 1 Januari 2018. (hrs)