Juara Dunia, Karateka Tradisional Tak Seberuntung Pelari Zohri
Nama Lalu Muhammad Zohri sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Ia merupakan sprinter atau pelari Indonesia berbakat yang telah mengharumkan nama bangsa.
Sejak menjadi juara dunia lomba lari 100 meter U-200 IAAF di Finlandia, pujian tak henti-hentinya datang untuk Zohri.
Ragam hadiah yang ditawarkan oleh pemerintah dan para petinggi tanah air pun silih berdatangan untuk merayakan prestasi pemuda 18 tahun ini. Bahkan, pemuda asal Lombok itu langsung bisa bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.
Tak cuma Zohri yang berjaya di tingkat dunia. Ada nama Fauzan Noon alias Ozan di ajang kumite (perkelahian) kejuaraan dunia karate tradisional (ITKF / International Traditional Karate Federation) WASO World Champhionship di Praha, Republik Ceko, pada Januari 2018 lalu.
Ozan mampu mengalahkan tuan rumah yang memiliki badan lebih besar. Musuh Ozan memiliki bobot lebih berat 20 Kg dengan tinggi melebihi Ozan 30 Cm.
Mungkin belum banyak yang mengenal Ozan. Nasibnya memang tak sebaik Zohri meski keduanya sama-sama mengharumkan nama bangsa.
Walau demikian, Ozan mengaku tidak iri. Dia justru bersyukur dengan viralnya Zohri, namanya ikut terangkat.
“Saya tidak iri dengan Zohri. Saya justru ingin mengucapkan selamat karena dia jadi juara. Saya bersyukur karena dia nama saya juga terangkat,” jelas Ozan.
Ia lalu bercerita 'drama' keberhasilannya menyabet gelar juara. Ya, menjelang kejuaraan dunia, Ozan hanya pergi ke Praha berdua dengan pelatihnya, Mustafa.
Ozan pinjam uang dari ibunya yang hanya bekerja sebagai tukang pijat. Sedangkan sang pelatih pontang-panting untuk mencari pinjaman uang.
Singkat cerita, sampailah Ozan dan Mustafa di Praha. Dengan modal duit pinjaman, keduanya pulang membawa gelar juara dunia. Namun sayang, hanya segelintir orang yang tahu keberhasilan mereka.
Nasib tak membaik meski pria 21 tahun ini membawa nama baik Indonesia ke level internasional. Tak ada tawaran hadiah uang, rumah apalagi dispensasi masuk TNI seperti Zohri. Padahal sejak kecil, Ozan bercita-cita menjadi polisi.
Sosok atlet kelahiran Banjarmasin 8 Oktober 1997 ini mengaku pernah mengikuti seleksi menjadi polisi, namun tak lolos. (yas)