Salju di Kaldera Gunung Bromo Pikat Ribuan Wisatawan
Fenomena embun beku (frozen dew) di kawasan Laut Pasir (Kaldera) Gunung Bromo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Di akhir pekan, 1.000 lebih wisatawan berkunjung untuk menikmati hamparan "salju" Bromo yang menutupi gundukan pasir dan flora di kawasan gunung setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut.
"Fenomena embun membeku di Bromo memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan," ujar Kepala Seksi Lautan Pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Subur Hari Handoyo, Selasa, 2 Juli 2019.
Minggu kemarin, 30 Juni 2019 misalnya, dikunjungi sekitar 1.000 wisatawan nusantara (wisnu) dan 50 wisatawan mancanegara (wisman). Mereka berjalan-jalan menikmati keindahan panorama Bromo yang sebagian tertutup embun beku.
Luasan embun yang oleh masyarakat setempat disebut bun upas itu menjadikan Laut Pasir berubah warna memutih. "Dari jauh seperti salju di negara-negara Eropa. Ketika didekati dan dicuil juga seperti lempengan es," ujar Puji, wisatawan lokal dari Kota Probolinggo.
Puji mengaku, sudah berkali-kali berkunjung ke Bromo. Tetapi begitu sejumlah media, termasuk media sosial (medsos) menginformasikan embun beku di Bromo, ia tertarik untuk segera berwisata ke Bromo. "Dan memang seperti hamparan salju yang menutupi Laut Pasir, memutih," ujarnya.
Embun beku itu sebenarnya mulai terbentuk sejak pertengahan malam ketika suhu di kawasan Laut Pasir mendekati angka nol derajat celcius. Tetapi pihak TNBTS hanya membolehkan wisatawan berkunjung ke Laut Pasir pada pukul 04.00 hingga 07.00.
"Setelah jam tujuh pagi, berangsur-angsur embun beku itu mencair karena terkena sinar matahari," ujar Santoso, petani sayur di Dusun Cemolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Warga yang tinggal di bibir Laut Pasir itu mengaku, tidak berani memotong rumput untuk pakan kuda ketika masih ditutupi embun beku. "Namanya saja bun upas, saya khawatir kuda-kuda bisa keracunan. Lagian rumput yang diselimuti embun beku susah dipotong," ujar Santoso.
Rania, wisatawan dari Surabaya yang akhir pekan lalu berkunjung ke Bromo mengaku, baru kali ini menikmati panorama Bromo yang berbeda. "Hawanya dingin menusuk tulang, embun beku menutupi gundukan pasir juga tumbuhan dan rerumputan di Bromo. Benar-benar Bromo yang penuh pesona," ujarnya.
Rania pun bersama rombongannya berkali-kali mengabadikan (memotret) embun beku itu dengan kamera pada ponselnya. "Awalnya kami dan rombongan ragu mau ke Bromo soalnya di medsos udaranya super dingin. Tetapi tergoda pesona embun beku, akhir berombongan ke Bromo juga," ujarnya.
Sebenarnya bukan kali ini saja Bromo diselimuti embun beku. Di puncak musim kemarau biasa terjadi embun beku.
"Embun beku di Bromo bermula di akhir Juni. Ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang," ujar Sugeng Laksono, warga di lereng Gunung Bromo.
Pria biasa memandu wisatawan di Gunung Bromo ini menambahkan, untuk melihat fenomema frozen atau embun yang membeku, pengunjung harus datang pagi-pagi ke kaldera. Sebab jika sinar matahari sudah terpancar, embun beku sudah mencair.
Kepala Seksi Lautan Pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Subur Hari Handoyo menambahkan, ketebalan kristal es dari endapan yang membeku bisa sampai 0,5 centimeter.
"Memang ini fenomena alam, namun frozen ini belum seberapa. Puncaknya nanti bulan Agustus bahkan hingga September," kata Subur.
Subur pun mengimbau, wisatawan memakai pakaian yang lebih tebal saat berwisata ke Gunung Bromo. "Gunakan jaket tebal, khawatir mereka yang tidak kuat dingin bisa hipotermia," ujarnya. (isa)