Salat Idul Adha di Rumah, Khutbah Pendek Tuntunan Muhammadiyah
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas menuturkan, prosesi Hari Raya Idul Adha tidak boleh hanya dipandang sebagai dimensi ritual tahunan semata.
Sayangnya, publik seringkali hanya menekankan aspek ritual dalam beragama. Sehingga kalau ritual tidak seperti biasanya, mereka gusar seakan datang tanda-tanda akhir zaman.
“Ada satu grup di Whatsapp warga Muhammadiyah karena salat Idul Adha di rumah, maka dia mengeluhkan di media sosial: akhir zaman, salat Idul Adha di rumah, siapa khatibnya. Jadi, salat Idul Adha di rumah saja dipandang sebagai akhir zaman,” tutur Hamim dalam acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat.
Salat Idul Adha Sunah Muakkadah
Karena itulah, menurut Hamim, salat Idul Adha dan kurban memiliki dimensi-dimensi dan makna yang fungsional untuk mewujudkan tujuan pewahyuan risalah Islam. Salat Idul Adha hukumnya sunah muakkadah atau sunah yang sering dilakukan oleh Nabi Saw.
Sebagai ibadah mahdlah-badaniyah, salat Iduladha tentu tidak dapat diganti dengan ibadah lain atau dikerjakan orang lain (tidak bisa diwakilkan).
Sementara terkait dengan tempat pelaksanaan, Salat Idul Adha idealnya dilaksanakan di tanah lapang. Apabila cuaca hujan maka dapat dilaksanakan di dalam masjid. Tidak hanya itu, Hamim turut menerangkan:
Pada zaman Nabi, ketika sahabat Nabi Anas bin Malik tidak dapat salat Id di tempat yang semestinya, beliau memerintahkan keluarganya untuk ikut salat Id bersamanya di rumah. Keterangan ini menurut Hamim—mengutip Ibn Rajab dalam kitab Fath al-Bari— diperkuat sejumlah ulama terkemuka seperti Hasan Al-Basri, Ibn Sirin, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Idris al-Syafii, Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain.
“Jadi menurut Ibn Rajab, empat Imam Mazhab itu membolehkan baik salat Idul Fitri maupun salat Idul Adha di rumah. Pada masa pandemi Covid-19, salat Id ditiadakan itu tidak masalah atau dilaksanakan di rumah Muslim masing-masing,” terang Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Salat Id di Rumah Bukan Fenomena Baru
Karenanya, Hamim menegaskan, salat Id di rumah bukan fenomena baru ataupun tanda-tanda akhir zaman. Pengalihan salat Id ke rumah sejatinya salah satu terapi ampuh untuk menata benang kusut persoalan hidup karena datangnya wabah Covid-19 ini. Bukan hanya dalam rangka menyelamatkan nyawa tapi juga untuk menyembuhkan semua sektor-sektor kehidupan.
Hamim kemudian menjelaskan teknis prosesi Salat:
Baca Khutbah Pendek
Idul Adha di rumah bersama keluarga. Menurutnya, salat Id di rumah dapat mengandalkan salah satu anggota keluarga untuk khutbah dan memimpin salat.
Tidak perlu khutbah yang panjang atau menggebu-gebu, menurut Hamim, cukup dengan membaca QS. Al-Fatihah dan terjemahannya, khutbah dapat diakhiri.
“Tidak perlu mendatangkan khatib dari luar!” tegas Hamim.
Advertisement