Salat Idul Adha di Bali Digelar 661 Titik, Pecalang Ikut Turun
Toleransi umat beragama tampak jelas di Bali ketika ribuan umat muslim menggelar salat Idul Adha 1443 Hijriah, Minggu 10 Juli 2022. Pasalnya, pecalang atau petugas keamanan tradisional Bali yang identik dengan penduduk lokal beragama Hindu turut mengamankan jalannya ibadah bagi umat muslim di Pulau Dewata itu.
Bersama TNI dan Polri, para pecalang itu ikut menjaga keamanan selama umat muslim melaksanakan salat Idul Adha baik di masjid-masjid maupun di lapangan terbuka.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Bali, Komang Sri Marheni mengatakan, bahwa di Bali terdapat 661 titik penyelenggaraan salat Idul Adha, 61 titik di antaranya tersebar di Kota Denpasar. Mulai dari musala, masjid, hingga lapangan terbuka.
Komang Sri Marheni mengatakan, pelaksanaan ibadah sholat Idul Adha 2022 tetap mengikuti protokol kesehatan. Di antaranya membawa peralatan ibadah masing-masing, hand sanitizer, dan tetap disiplin memakai masker.
"Untuk selalu menjaga kekondusifan dan ketenangan beribadah, panitia penyelenggara selalu berkoordinasi dengan aparat desa, pecalang, dan aparat berwenang, sebagai bentuk kerja sama pengamanan dalam upaya pelaksanaan moderasi beragama," ujarnya.
Menyinggung soal wabah PMK, Komang Sri Marheni mengimbau masyarakat agar dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Hewan. Tujuannya untuk meyakinkan bahwa hewan potong tersebut dalam kondisi sehat.
Ia minta agar pelaksanaan salat Id dan penyembelihan kurban berpedoman kepada SE No. 10 tahun 2022 tentang Salat Idul Adha dan Pemotongan Hewan Kurban. Dan menjadikan Hari Raya Idul Adha 1443 H sebagai momentum pengorbanan yang penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Terutama dalam memperkuat keimanan serta rasa kemanusiaan terhadap sesama, sehingga tercipta kebersamaan dalam perbedaan untuk mewujudkan keindahan dalam beragama.
Sementara khatib Salad Id Masjid Agung Al A'la, Habib Saugi Klungkung mengatakan, toleransi antar umat beragama di Bali bukan barang baru. Toleransi antar umat beragama ini yang membuat masyarakat Bali hidup berdampingan dengan rukun.
"Umat muslim juga menghormati tata cara ibadah agama Hindu di Bali. "Pada hari raya nyepi bukan hanya umat Hindu saja yang tidak boleh keluar rumah, umat muslim pun melakukan yang sama. Pernah terjadi waktunya bersamaan antara Hari Raya Nyepi dengan Idul Fitri, semuanya berjalan tanpa ada gesekan sekecil apa pun," tutur Habib Saugi.
Jamaah salat di Masjid Agung Al A' sampai meluber ke jalan dan lapangan di depan Masjid. Selesai salat, dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban berupa sapi dan kambing untuk dibagikan kepada fakir miskin dan yang berhak menerima.
Advertisement