Salam Tiga Jari, Protes Warga Myanmar Anti-Kudeta Militer
Kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar, Tatmadaw, terhadap pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, memicu pergolakan sipil dan aksi demonstrasi besar-besaran.
Muncul tagar #WhatsHappeningInMyanmar digunakan oleh warganet untuk memperlihatkan situasi terkini Myanmar kepada seluruh dunia. Demikian dikutip The Guardian, Minggu 7 Maret 2021.
Foto dan video yang beredar, menunjukkan ribuan orang berdemonstrasi, meneriakkan protes, dan aksi brutal aparat yang mencoba membubarkan mereka.
Dalam beberapa foto, terlihat pengunjuk rasa di Myanmar menggunakan gestur salam tiga jari, mengecup jari telunjuk, tengah, dan kelingking, lalu mengangkatnya ke udara.
Salam tiga jari disebut menyimbolkan semangat perlawanan sipil, yang menuntut kebebasan serta menentang opresi dari aparat militer.
Gestur salam tiga jari pertama kali terlihat di Myanmar, dalam aksi unjuk rasa yang digelar oleh tenaga kesehatan dan kaum muda pada awal Februari.
Salam tiga jari kembali terlihat pada 8 Februari 2021, saat aksi unjuk rasa besar-besaran digelar di jalanan kota Yangon.
Melalui sosial media, gestur itu menyebar luas dan menjadi simbol perlawanan serta solidaritas perjuangan demokrasi, yang selalu hadir di setiap aksi unjuk rasa. Beberapa tahun sebelum pergolakan sipil melanda Myanmar, tepatnya pada tahun 2014, salam tiga jari sudah terlebih dulu muncul di Thailand.
Gestur tersebut pertama kali muncul saat aksi unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan oleh militer Thailand pada Mei 2014.
Setelah kudeta militer, sekelompok kecil pemuda berkumpul di depan pusat perbelanjaan untuk berunjuk rasa. Salah satu demonstran tiba-tiba mengangkat tangannya.
Salam tiga jari di Thailand dan Myanmar tidak muncul begitu saja. Gestur tersebut merupakan adaptasi dari karya fiksi populer, The Hunger Games.
Dalam novel The Hunger Games karya Suzanne Collins dan serial film adaptasi novel tersebut, salam tiga jari adalah tanda terima kasih, rasa hormat, atau tanda perpisahan seseorang yang dicintai.
Tokoh utama dalam novel dan serial film itu, Katniss Everdeen, menjadi simbol penghormatan karena secara sukarela menggantikan adik perempuannya, yang terpilih sebagai peserta Hunger Games, perlombaan bertahan hidup dalam sebuah arena.
Sebagai pengganti tepuk tangan atas tindakan heroik itu, penduduk Distrik memberi penghormatan kepada Katniss dengan mengangkat tiga jari mereka. Bagi banyak orang, salam itu telah melampaui arti aslinya.
Banyak orang sejak awal melihat salam tiga jari sebagai lambang Revolusi Perancis, yakni isyarat kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Sebagian orang lain memaknainya sebagai kebebasan, hak memilih, dan demokrasi.
Di Thailand, salam tiga jari dari The Hunger Games terus digunakan karena masyarakat menganggap situasi opresi dan diktatorisme yang mereka hadapi, mirip dengan yang ada di novel dan serial film tersebut.
Upaya junta militer Thailand melarang salam tiga jari, semakin memperkuat dan melegitimasi seruan pengunjuk rasa untuk demokrasi dan kesetaraan yang lebih besar.