Salah, Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan! Kejutan Sikap Bush
Keputusan penarikan pasukan militer Amerika Serikat dari Afghanistan, mendapatkan tanggapan dari Presiden AS ke-43 George W. Bush.
Dalam sebuah wawancara eksklusif Bush menyebut, keputusan pemerintah itu akan memberikan konsekuensi sangat buruk, terutama bagi anak-anak perempuan dan kaum wanita Afghanistan.
“Iya, saya rasa (salah-red), karena konsekuensinya sangat buruk yang tidak dapat dipercaya. Dan, saya sedih. Saya menghabiskan banyak waktu bersama kaum wanita di Afghanistan dan mereka takut,” ungkap Bush, dilansir Welle baru-baru ini.
Menurut Bush, perkembangan maju anak-anak perempuan dan wanita Afghanistan yang signifikan yang disebutnya juga dikarenakan campurtangan Kanselir Jerman Angela Merkel, dikhawatirkan akan menderita dan dalam bahaya pasca penarikan pasukan.
“Karena, Angela Merkel melihat kemajuan dari kelompok anak-anak perempuan dan wanita di Afghanistan. Sungguh, sangat sulit dipercaya bagaimana masyarakat di sana berubah, dari kebrutalan Taliban. Namun, tiba-tiba secara menyedihkan saya khawatir anak-anak perempuan dan Wanita di Afghanistan akan menderita dan bahaya yang bisa diucapkan,” tambahnya.
Tenggat Waktu di Afghanistan
Administrasi Joe Biden menargetkan tenggat waktu penarikan pasukan pada 11 September mendatang atau tepat dua dekade peringatan peristiwa 9/11.
Dalam wawancara eksklusif itu, Presiden Bush menyebut, merasa sedih atas konsekuensi yang harus ditanggung anak-anak perempuan dan wanita Afghanistan nantinya.
“Saya pikir tentang seluruh penerjemah dan mereka yang membantu, tidak hanya pasukan Amerika Serikat tetapi juga NATO, sepertinya mereka (kaum perempuan-red) akan ditinggalkan dan akan dibantai oleh orang-orang yang sangat brutal. Dan, itu menghancurkan hati saya,” ucap Bush.
Penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang berlangsung secara berangsur sejak Mei lalu, berdampak pada pendudukan pasukan Taliban di sejumlah area.
Mereka disebut berusaha menduduki wilayah-wilayah yang sering dijadikan pintu masuk bagi perdagangan, sehingga dapat menguasai penarikan pajak dari para pengusaha.
Pekan ini pasukan Taliban menduduki perbatasan dengan Pakistan.
Seorang pasukan Taliban mengatakan, pihaknya menjamin keamanan para pedagang dan mereka tetap bisa melanjutkan aktivitas seperti sebelumnya.
“Pesan saya kepada para pedagang adalah keamanan mereka terjamin dan mereka bisa melanjutkan aktivitas (perbatasan-red). Kami telah menunjuk orang-orang (pengamanan-red), untuk memastikan keamanan mereka. Kami meminta kepada para pebisnis untuk melanjutkan pekerjaan dan melanjutkan aktivitas mereka pada basis biasa. Tentu kami menginginkan hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan bekerja bersama kami,” ujar pasukan Taliban dalam wawancara bersama France 24.
Pendudukan pasukan Taliban di sejumlah wilayah di Afghanistan, disebut pemerintah melalui Juru Bicara Militer Ajmal Omar Shinwari, akan segera mengupayakan merebut kembali wilayah-wilayah itu.
“Kami berencana untuk mengambil kembali teritori yang telah hilang. Dalam waktu dekat Anda akan menyaksikan pencapaian besar kami,” tegas Shinwari belum lama ini.
Meski, menarik balik ribuan pasukannya, namun Amerika Serikat tetap menugaskan sebanyak 650 tetap berada di Afghanistan, guna menjaga kedutaan besarnya di negara itu.
Selama dua dekade setidaknya sekitar 2.400 pasukan militer Amerika Serikat gugur dalam perang melawan Al Qaeda dan Taliban di Afghanistan.
Sebelumnya, pada 29 Februari 2020 dibawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat dan Taliban menandatangani "Kesepakatan untuk Membawa Perdamaian di Afghanistan".
Dengan ketentuan termasuk penarikan seluruh pasukan militer Amerika Serikat dan NATO.