Salah Paham, Petani Tebu Blitar Geruduk Acara Perhutani
Peluncuran kegiatan penghijauan tanaman tegakan di ladang tebu Perhutanan Sosial, Dusun Kepek Dusun Kepek, Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar oleh Wakil Bupati Blitar Rahmad Santoso, sempat ricuh. Kericuhan terjadi usai Wabup Rahmad Santoso meninggalkan lokasi, Kamis 22 Juli 2021.
Kericuhan terjadi akibat kesalahpemahaman para petani tebu terhadap kegiatan tanaman tegakan di wilayah lereng pegunungan Dusun Kepek, Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto.
Kesalahpahaman para petani dalam wadah Paguyuban Petani Dusun Kepek, terjadi akibat undangan yang disampaikan kepada para petani penggarap lahan perhutanan sosial berbunti, Launching Penutupan lahan Tebu.
Ketika ngopibareng mendatangi acara kegiatan launching terlihat puluhan petani berkumpul, sebagian ada yang sedang membongkar tenda tempat launching. Mereka mendatangi lokasi acara launching setelah rombongan wakil bupati dan forkopimda Kabupaten Blitar sudah meninggalkan tempat prosesi kegiatan launching di Kepala Resort Pemangku Hutan (KRPH) 9 Lodoyo Barat Dusun Kepek.
Teriakan penolakan dan saling mengancam sempat terjadi akibat kesalah pemahaman tersebut . Akhirnya kericuhan bisa dilerai oleh beberapa aparat keamanan dan para pegawai perhutani dan para pegiat lingkungan lainnya.
Klarifikasi Salah Paham
Ngopibareng mencoba mencari informasi kepada mereka, sebagian petani tidak tahu mengapa diundang namun mereka berkumpul di lokasi. Setelah para petani mendekat di rumah dinas tempat prosesi acara berlangsung, tampak Agus Budi Sulistyo dari yayasan Karya Cipta Adisatya, menemui para petani tersebut.
Karya Cipta Adi Satya adalah Lembaga pelestarian hutan yang juga diundang pihak perhutani untuk menjadi saksi dalam launching tanaman di Dusun Kepek
Keributan sempat terjadi ketika Agus memberikan penjelasan tentang kegiatan yang sebenarnya tidak menutup lahan tanaman tebu, akan tetapi menata kembali lahan di Perhutanan Sosial. Agar ada tanaman tegakan di sela sela tanaman tebu sehingga tidak menimbulkan banjir.
"Kami hanya meminta sebagian ladang tebu untuk ditanami tegakan agar tidak menimbulkan banjir di wilayah terdampak, Desa Bacem, Pandanarum, dan Kelurahan Gondanglegi," jelasnya kepada ngopibareng.id.
Agus melanjutkan, tanaman tebu yang ditanam di kemiringan tertentu, bisa berdampak banjir dan longsor apabila terjadi hujan lebat. Menurutnya, tidak ada 10 persen dari 200 hektar lahan perhutani yang ditanami tebu, akan terdampak kebijakan ini. Terutama lahan perhutani yang berdampak banjir terhadap 3 wilayah Desa Pandanarum, Bacem, dan Kelurahan Gondanglegi Sutojayan
Penjelasan Perhutani
Kericuhan reda setelah Adm Perhutani Teguh Jati Waluyo memberikan penjelasan panjang lebar terhadap para petani. Ada dua hal yang dijelaskan Teguh kepada petani penggaran lahan Perhutanan Sosial.
Pertama terkait skema bagi hasil, antara petani dan perhutani. Teguh berharap petani mau kerja sama di lahan Perhutanan Sosial yang menguntungkan petani dan perhutani agar ada pemasukan ke kas negara. "Sementara ini, kami akan fokus kepada penerapan regulasi baru sharing bagi hasil pemanfaatan Perhutanan Sosial 10 persen dari bagi hasil kepada petani untuk dimasukan ke kas Negara", katanya.
Kedua, terkait pengolahan hutan agar tak berdampak banjir, menggunakan tanaman tegakan. Teguh menjelaskan sebetulnya acara ini sudah melalui tahapan kegiatan yang dilakukan tiga kali setelah sosialisasi dengan petani penggarap lahan Perhutanan Sosial.
Respon Petani
Wawan perwakilan petani kepada ngopibareng.id, tidak setuju terhadap tanaman tegakan di lahan paguyuban Petani Kepek, kalau harus merubah fungsi lahan tebu menjadi tanaman tegakan. Wawan meminta tanaman tegakan ditanam di lahan yang belum tertanami tebu.
Namun Wawan setuju terhadap permintaan Teguh, agar petani membayar sharing 10 persen hasil budidaya tanaman tebu, kalau produksinya mencapai 70 ton per hektar.
Setelah para petani yang sempat bersitegang dengan aktivis lingkungan Agus Budi Sulistyono akibat ada kesalahpahaman, dan setelah mendapatkan penjelasan dari Adm KRPH Lodoyo Barat, Teguh Jati Waluyo mereka membubarkan diri.
Advertisement