Salah Alamat dalam Melakukan Kebaikan, Kisah Haru di Hutan Rohani
Salah Alamat dalam Melakukan Kebaikan.
Suatu hari, seorang laki-laki yang taat dalam agama dan kebaikan pergi keluar berburu. Tiba-tiba, di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor ular, ia pun sangat ketakutan.
“Lindungilah aku dari musuh di belakangku yang hendak membunuhku, wahai Tuan, maka Allah SWT. akan melindungimu,” ujar ular tersebut.
Si laki-laki itu hendak menutup ular dengan selendangnya. Namun, ular berkata, “Musuhku masih bisa melihatku.”
“Lalu, apa yang harus aku perbuat?” tanya si pemburu.
“Apabila engkau hendak melakukan kebaikan, bukalah mulutmu. Aku akan masuk ke dalam perutmu,” kata ular.
“Aku tidak berani," balas si pemburu.
Untuk meyakinkan si pemburu, ular itu berjanji tidak akan menyakitinya dan juga menceritakan bahwa ia termasuk umat Muhammad. Si pemburu pun yakin kepada ular itu.
Si pemburu itu membuka mulut hingga ular masuk ke dalam perutnya. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki yang membawa parang lewat. Ia bertanya kepada si pemburu tentang keberadaan ular?
Si pemburu menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya. Lalu, si pemburu beristighfar seratus kali karena ucapan bohongnya kepada orang itu.
Setelah pencari ular itu pergi, ular mengeluarkan mulutnya melihat musuhnya. Si pemburu memberi tahu bahwa pencari ular telah pergi, dan ia memerintahkan ular keluar dari perutnya. Akan tetapi, keadaan menjadi berbeda.
Mengangkat Tangan ke Langit
“Wahai pemburu, pilihlah untuk diri kamu sendiri dua kamas tiang aku menghancurkan timpamu atau aku melubangi hatimu?" ancam ular.
"Subhanallah, Di mana janji yang engkau ucapkan?” kata pemburu.
"Aku belum pernah melihat seorang yang lehih bodoh dari kamu. Apakah engkau melupakan permusuhanku dengan ayahmu, ketika aku menyeluarkannya dari surga? Apa yang mendorongmu melakukan kebaikan kepada makhluk yang tidak ahlinya?” ungkap ular, “Apabila engkau harus membunuhku, maka berikan aku waktu sejenak untuk membuat lubang di sebelah gunung ini untukku,” kata si pemburu yang ketakutan.
“Terserah kamu," jawab si ular,
Selanjutnya, si pemburu mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Wahai Dzat Pengasih, kasihanilah aku dengan sifat KasihMu yang lembut. Wahai Dzat Pengasih dan Kuasa, aku meminta kepada-Mu dengan kekuatan Mu yang menjadikan Engkau bersemayam di Arsy, maka Arsy tidak mengetahui di mana tempat tinggal-Mu. Wahai Dzat Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Tinggi, Maha Agung, Maha Hidup, dan Maha Berdiri, Ya Allah, selamatkanlah aku dari ular ini!” pinta si pemburu.
Si pemburu itu pun pergi ke arah gunung. Pada saat perjalanan, tiba-tiba, seorang tua yang bercahaya wajahnya, berbau harum, dan bersih pakaiannya datang kepada si pemburu dan memberikan daun hijau.
“Makanlah daun ini,” ucap orang tua kepada si pemburu.
Si pemburu itu memakan daun yang diberikan orang tua tersebut. Mendadak, ular itu mati sepotong-sepotong hingga perasaan si pemburu menjadi tenang.
“Siapa kamu yang telah diutus Allah SWT, kepadaku, wahai Tuan?” tanya si pemburu.
“Tatkala engkau berdoa kepada Allah SWT. dengan doa itu, Malaikat tujuh langit mengadu kepada-Nya, Kemudian, Allah SWT. berkata, 'Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, aku melihat segala sesuatu yang dilakukan ular terhadap hamba-Ku. Akhirnya, Allah SWT. memerintahkan aku mengusir ular itu dari perutmu. Aku mengambil daun dari pohon Tuba dan memberikan itu padamu, saat ini. Namaku adalah Al-Ma'ruf, dan tempatku di langit. Engkau harus melakukan kebaikan, sebab itu, menjaga dirimu dari serangan-serangan kejelekan. Dan, bahwa, lewatnya perbuatan yang dilakukan hamba tidak akan pernah hilang di mata Allah SWT.”
Wallaahu a'lam.
Demikianlah kisah dipukul dari Kitab An-Nawadir.
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Semoga kita termasuk hambaNya yang tidak salahdalam melakukan kebaikan. Aaminn.
Advertisement