Warung Waru Doyong, Pusatnya Menu Rumahan di Surabaya
Warung yang menyajikan masakan rumahan serba ada ini terletak di kawasan elit yaitu di Tenggilis Timur Dalam. Nama warung ini indentik dengan pohon waru doyong yang berada di depannya.
Pohon waru yang berumur puluhan tahun ini sekaligus berfungsi sebagai pengayom dari terik mata hari bagi orang orang yang sedang makan di "Warung Waru Doyong".
Pemilik warung, Bu Titik bercerita, para pelanggan sendiri yang memberinya nama itu. "Orang orang sendiri yang kasih nama. Karena lokasinya di depan waru doyong, supaya gampang diingat orang menyebut "Warung Waru Doyong". Sanes kulo sing njenengi," katanya.
Ia mengelola warung ini sudah hampir 35 tahun. Bentuk bangun warungnya tetap sama seperti dulu seperti warung di kampung.
Mengingat pembelinya terus bertambah, halaman warung yang sebelumnya terbuka, sekarang diberi atap. Alasannya orang orang yang sedang makan tidak kepanasan.
Warung yang lokasinya 'nyelempit' di pinggir sungai kecil di antara rimbunannya pepohonan ini, memiliki keunikan dan ciri khas. Dari segi masakan, cara membayar sampai pelanggannya.
Soal menu, semua jenis masakan rumahan, ada di sini. Sayur asem, sayur bening, lodeh tahu, kotokan ikan pe, pepes tahu, gurame, sayur sop, sop buntut, sop iga, kare ayam, botokan, bandeng bali, gabus goreng, kare kepiting dan wader. Semuanya ada sini.
Warung Waru Doyong ini tidak menyiapkan pramusaji. Sebaliknya, pembeli diberi kebebasan mengambil nasi sendiri, serta memilih lauk maupun sayuran dengan sesuka hati. Boleh mengambil sak wareke atau sekenyangnya tidak dibatasi.
Kemudian bagaimana menghitungnya? Hanya Bu Titik yang tahu rumusnya. Hanya kare kepiting yang diberi harga khusus, lainnya tidak. Tapi yang pasti harganya terjangkau, tidak sampai mencekik leher meskipun makan sepuasnya.
"Saya hanya lihat dari jauh, tidak pernah berprasangka buruk pada pembeli. Seberapa sih kekuatan orang makan, karena itu saya menghitungnya perorang." ujar Bu Titik.
Ada yang makannya banyak, ada yang sedikit tapi bayarnya dihitung sama. Makan apa saja Rp 25ribu per orang. Yang suka makan banyak merasa diuntung. Ada semacam subsidi silang.
Supaya bisa menikmati masakan Warung Waru Doyong dengan tenang, ada strateginya. Hindari datang pada jam makan siang. Karena harus mengantre dan bergantian tempat duduk dengan para pelanggan, yang umumnya merupakan karyawan perkantoran di kawasan Jemursari, Tenggilis, Margorejo dan pembeli lain yang rindu masakan rumahan khas Jawa Timur.
Wahyu Irawan, staf protokol Pemkot Surabaya, menuturkan sering mengajak tamu dari daerah yang berkunjung ke Surabaya, makan siang di Waru Doyong ini.
"Kalau dijamu di restoran buat mereka sudah biasa, maka saya ajak makan di Waru Doyong ini. Ternyata mereka menyukai dan makannya lahap," katanya.
Sementara beberapa ibu yang baru pulang arisan keluarga, katanya kalau cuma ingin memanjakan lidah dengan masakan Jawa Timur asli, lebih suka makan di Waru Doyong ini, meskipun tempatnya sederhana.
"Buat apa gengsi, kalau cuma sekadar ingin makan," kata Bu Ika yang datang di Waru Doyong bersama suaminya Agus.