Saiful Ulum; Seni untuk Advokasi Isu Lingkungan
Peningkatan kesadaran lingkungan tengah menjadi tren positif dan harus didukung penuh perkembangannya di Indonesia. Saiful Ulum, atau biasa dipanggil Ulum, yang memiliki multi profesi; guru, seniman rupa dan teater, juga konseptor dalam sebuah event organizer, memulai berkarya seninya atas kegelisahan terhadap isu lingkungan. Kerja seni dalam konteks ini merupakan ragam upaya yang ditempuh Ulum selaku seniman yang menaruh perhatian penuh pada isu sosial dan lingkungan. Bukan hanya produksi karya seni bertema ekologi, namun juga laku kreatif yang turut mengiringi upaya dalam advokasi isu lingkungan melalui seni.
Secara empiris dapat dibuktikan bahwa sejumlah seniman dan insan seni memiliki peran yang tidak dapat diremehkan dalam mengawal isu lingkungan (Mayang, 2022). Hal itu sejalan dengan niat Ulum memberi kesadaran sekaligus sindiran tentang isu lingkungan melalui karyanya, bahwa lingkungan ini sedang rusak dan tidak baik-baik saja. Ia senantiasa terganggu oleh sebab semakin banyaknya perumahan atau real estate yang menggusur lahan pertanian. Di tempatnya, sebuah perumahan tidak cukup hanya 1 wilayah, perumahan itu bisa menjadi 7, misalnya Pesona Niaga 1, Pesona Niaga 2, dan seterusnya hingga 7. Pengalihan fungsian lahan ini berkaitan dengan perizinan dapat tidaknya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, yang memiliki dampak besar terhadap ketahanan pangan dan dampak sosial budaya masyarakat.
Isu lingkungan mengenai pembangunan perumahan atau real estate yang diwujudkan dengan penggusuran dan pemindahan lahan hijau menjadi lahan kuning ini menjadi salah satu topik yang akan digaungkan Saiful Ulum pada pameran bersama berenam, dengan tajuk 'Berlabuh Sukacita' bersama 5 seniman lainnya, antara lain Awan Pamungkas, Garis Edelweiss, Sihabudin, Wahyu Nugroho dan Yoes Wibowo. Pameran tersebut akan dibuka pada 13 Mei 2023 pukul 19.00 WIB di Dewan Kesenian Malang (DKM)
"Pemodernisasian ini tidak serta merta melakukan hal-hal yang bersifat merusak lingkungan, jadi harus tetap pada wilayah tempat yang menjadi sandang dan pangan petani itu tidak terkalahkan, tidak tergerus dengan kemodernisasian itu", ungkapnya.
Ulum yang memulai berkaryanya dalam dunia teater, hingga sempat pergi ke Manchester, Inggris, untuk bermain teater mewakili Indonesia pada pentas kesenian Internasional Contacting The World, juga memilih seni rupa sebagai media pengungkapan ekspresi kegelisahannya.
Mengenal seni rupa ketika terlibat dalam sebuah komunitas di Pasuruan. Yang awalnya hanya menjadi, volunteer, panitia, hingga akhirnya menjadi pesertanya. Melalui wawancara, guru Bahasa Indonesia di SMP 1949 Pasuruan itu menceritakan awal memutuskan untuk mendalami dan mempelajari seni rupa dengan serius yaitu di tahun 2013, saat mengikuti Pameran Drawing Rasa PoncolGandeng Renteng #3. Saat itu pameran tersebut bertujuan untuk merespon Pasar Poncol Pasuruan yang digusur untuk kemudian dijadikan mall. Ulum merasa dengan berkarya seni rupa, sebuah ide, gagasan, dan konsep itu bisa dituangkan secara individu pada karyanya. Ekspresi karya yang murni dari kegelisahan individu dalam menangkap realitas sosial. Berbeda dengan dunia teater, perlu ada keputusan bersama dengan tim, karena sistem kerja yang bersama. Maka dari itu, ia tertantang masuk di dalam dunia seni rupa untuk mendalami teknik dan konsep. Ada rasa kepuasan tersendiri dalam dirinya saat berkarya rupa.
Ulum memiliki beberapa seri karya. Salah satunya yaitu seri ikan, kedekatan batiniahnya dengan ikan karena hobinya memancing memunculkan sebuah kegelisahan dan wacana. Ketika pergi memancing ia telah menyiapkan dengan baik segala kebutuhan, seperti alat pancing, umpan dan tempat hasil pancingan. Namun ternyata saat sudah di lokasi, ia tidak mendapatkan ikan seperti yang diniatkan ketika pergi memancing. Hal tersebut disebabkan oleh laut yang sudah terkontaminasi oleh limbah, karang-karang yang hancur terkena pukat harimau, dan lain sebagainya. Berbeda dengan masa remajanya yang ketika memancing akan selalu mendapatkan ikan.
Karya pada pameran kali ini, Ulum juga akan mengangkat isu lingkungan - seperti pada karya-karya sebelumnya, dan akan senantiasa menggaungkan isu sosial dan lingkungan melalui karya seni - dengan kecenderungan karakteristik gaya naif landscape sebagai seri terbarunya. Ia mencoba untuk mengembalikan ingatan-ingatan masa kecilnya dalam ruang imajinasi. Misal saat ia menggambar gunung yang berwarna-warni, kebebasannya dalam menentukan objek, menentukan gerak-gerik binatang atau warna yang ia pilih, dan seterusnya. Berkarya seni tanpa batasan dan aturan teknik, bermain dan bersenang-senang namun tetap pada wacana isu mengenai lingkungan.
Penggunaan pola, warna-warna cerah yang tidak tercampur dengan baik dan simplisitas merupakan beberapa ciri dari karya seni naif. Kenaifan ini yang menarik dan akan memberikan kesegaran baru di dalam karya seni rupa.
Bagaimana seri terbaru naif landscape Saiful Ulum dengan isu lingkungan yang digaungkan? Selengkapnya di pameran seni berenam 'Berlabuh Sukacita' yang akan dilaksanakan pada 13-20 Mei 2023 di Dewan Kesenian Malang, Jl. Majapahit No. 3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malag, JawaTimur 65119.
*Kharisma Nanda Zenmira, penulis seni di Pasuruan
Advertisement