Sahur-sahur! Tiga Tradisi Membangunkan Sahur di Asia Selatan
Beragam cara membangunkan sahur. Di Indonesia patrol menjadi salah satu tradisi yang sering dilakukan untuk membangunkan sahur. Sejumlah negara dengan penduduk muslim juga memiliki tradisi unik untuk membangunkan sahur. Meski tradisi ini semakin pudar tergerus zaman dan teknologi.
Tradisi Sahar Khan di Kashmir
Dilansir dari Al Jazeera, di negara yang menjadi rebutan antara India dan Pakistan ini, terdapat tradisi membangunkan sahur yang dilakukan kelompok orang bernama Sahar Khan.
Sahar Khan akan berkeliling dan berjalan hingga lima kilometer sambil membawa drum yang diubah sehingga bisa menghasilkan suara bila ditabuh, serta beteriak mengucapkan "Waktunya sahur".
Pada saat lebaran para pemuda yang disebut Sahar Khan ini akan bertamu ke rumah penduduk sesuai dengan rute membangunkan sahur. Mereka akan menerima berbagai pemberian, mulai dari beras hingga uang, atas kerja mereka sebagai Salhar Khan.
Namun, kondisi di era sekarang jauh berubah. Sahar Khan tak bebas berteriak dan menabuh drum membangunkan sahur, lantaran hunian yang semakin padat dan beragam, juga teknologi jam weker dan alarm pada gawai yang memudahkan orang untuk bangun sahur. "Meski ada yang keberatan dan tak mau terganggu di tengah malam, ada juga yang masih ingin kami mempertahankan tradisi Ramadhan," kata Parray, seorang Sahar Khan selama 30 tahun terakhir, di Desa Hajin, Kashmir.
Tradisi di New Delhi, India
Di Ibu Kota India, New Delhi, juga punya tradisi membangunkan sahur. Mereka disebut sebagai Munaadis, atau orang yang bertugas memberi pengumuman di kota. Namun tradisi ini terancam hilang akibat teknologi. Juga lockdown yang membuat sekitar 20 juta penduduknya tak keluar rumah.
Munaadis akan berjalan dan turun di jalan raya sambil beteriak untuk membangunkan orang sahur. Di masa lalu di akhir tahun 1980an, New Delhi memiliki sejumlah petugas yang bekerja sebagai Munaadis. Penduduk akan memberikan berbagai bentuk hadiah sebagai ucapan terima kasih.
Laik Khan, usia 72 tahun, masih menjadi munaadis di Ramadhan tahun ini. Ia akan bangun dan mulai berjalan membangunkan penduduk dimulai pukul 2:30 pagi. Laik Khan akan membawa lampu penerang dan tongkat sambil membangunkan penduduk. Beberapa warga bahkan berpesan untuk menyebut nama anak mereka ketika membangunkan sahur dengan imbalan beragam rupa. Jika di masa lalu, ia banyak menerima uang, namun saat ini pekerjaanya sering kali dilakukan dengan tujuan ibadah.
Tradisi Qasida di Bangladesh
Tradisi membangunkan sahur di Bangladesh cukup berbeda. Di negara yang berbatasan dengan Myanmar ini, ritual membangunkan sahur dilakukan oleh sekelompok paduan suara yang disebut sebagai Qasida.
Mereka akan mulai berjalan dan bernyanyi pada pukul 2:00 pagi, masuk di gang-gang kota kuno di Dhaka untuk membangunkan penduduk yang sahur.
Lagu yang dinyanyikan seringkali berasal dari Bahasa Urdu, meski belakangan juga ada bahasa Bangla yang dinyanyikan. Untuk menjadi anggota Qasida, mereka harus mendapatkan restu dari sesepuh Qasida di masa lalu. (Alj)