Sahur Keliling, Nyai Sinta Nuriyah Berbagi Bersama Kaum Dhuafa
Nilai-nilai Keindonesiaan dan Keislaman menyatu dalam Sahur Keliling bersama fakir miskin dan anak-anak terlantar. Demikian Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
Tradisi Sahur Keliling telah menjadi bagian dalam pribadi Sinta Nuriyah. Tradisi Sahur Keliling sebagai amal kegiatannya setiap bulan Ramadhan. Sejak tahun 2000, Ibu Negara pendamping Presiden ke-4 RI, mempromosikan nilai-nilai keberagamaan di Indonesia lewat toleransi beragama dan kebinekaan lewat sahur keliling itu.
“Dalam pikiran saya pertama adalah ketika terjadi tragedi 14 Mei 1998, di situ saya sadar betapa pentingnya kerukunan dan persatuan anak Indonesia,” kata Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, yang merasa bahagia bersama kaum dhuafa'.
Dengan sahur keliling, ia yang selama ini dikenal memberikan perhatian terhadap isu perempuan melalui Yayasan Puan Amal Hayati, lebih mencurahkan perhatian ke fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Pada 1999, saat KH Abdurrahman Wahid diangkat menjadi Presiden, kata Nyai Sinta, terlintas dalam pikiran dan benaknya untuk mengadakan acara sahur keliling saat Ramadhan tiba. Ia mengingatkan, banyak sekali pedagang kaki lima, ibu-ibu penjual nasi, dan warga yang tidak bertempat tinggal yang ketika waktu sahur tiba kemungkinan besar tidak bisa bersantap sahur.
“Dengan adanya bayangan seperti itu maka terpikir oleh saya untuk berbagi rezeki dengan mereka. Dan saya teringat kalau NKRI itu adalah negara yang masyarakatnya majemuk dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika," tuturnya.
"Saya kemudian mempunyai pikiran bagaimana kalau saya mengajak semuanya untuk membantu saya melakukan sahur keliling,” katanya, dalam peringatan Hari Kartini yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Gerakan Optimisme Indonesia, dikutip Senin 26 April 2021.
Misi itu membuat Nyai Sinta menyandang gelar Bintang Jasa Adipradana dari Negara Republik Indonesia sebagai Pendamping Presiden Abdurrahman Wahid dan Pejuang Kemanusiaan (2011) dan Majalah Times Nyai Shinta menobatkan menjadi 100 orang berpengaruh di Dunia.
“Artinya keinginan saya itu diterima oleh semuanya dengan suka cita, karena mereka merasa kalau mereka itu memang anak bangsa, jadi mereka senang melakukan semua itu,” ujar peraih penghargaan Lifetime Achievment Award sebagai Pejuang Perempuan dan Kaum Minoritas (2013) ini.
Selain acara sahur bersama, pada acara sahur itu juga dirinya selalu mengingatkan esensi berpuasa di bulan Ramadhan.
“Itu karena mereka tidak mengerti tentang makna dan hakikat puasa yang sebenarnya. Untuk itu saya ingin mengingatkan kepada saudara-saudara yang berada di pelosok yang tidak sempat memikirkan hal itu, mari kita ajak untuk berbincang-bincang mengenai hal itu,” kata Tokoh Perempuan kelahiran Jombang ini.