Sadari Pelaku Pelecehan Seksual Ada di Sekitar Anda
Indonesia sudah mulai memasuki darurat pelecehan dan kekerasan seksual. Menurut catatan tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan, ada sebanyak 299.991 kasus sepanjang 2020. Pelecehan dan kekerasan seksual tak hanya dialami oleh perempuan tetapi juga lelaki. Beberapa kasus kerap diabaikan dan dianggap sepele oleh pelaku, terkadang orang pun banyak yang menyalahkan korban. Bahkan sampai sekarang banyak orang yang belum memahami perilaku apa saja yang masuk dalam kategori pelecehan seksual.
Sadar Pelecehan Seksual
Kasus pelecehan dan kekerasan seksual terus terjadi di Tanah Air, mulai dari pemerkosaan anak di bawah umur, pemerkosaan hingga terjadinya kekerasan fisik jika korban melawan. Pelecehan seksual ialah segala perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan orang lain dan mengarah pada hal-hal berunsur seksual, segala perilaku yang membuat orang lain merasa tersinggung, malu, takut, atau terintimidasi. Hal ini bisa dialami dan dilakukan oleh siapa saja, dan terjadinya pun di mana saja.
Untuk itu, semua orang harus sadar pentingnya “sadar pelecehan seksual di sekitar”. Ruang aman di sekitar tampaknya sudah menyempit atau cenderung berkurang, kesadaran yang dimiliki lingkungan sekitar terkadang juga kurang. Berikut bentuk pelecehan seksual yang harus diwaspadai.
Bentuk Pelecehan Seksual
1. Perilaku Menggoda
Tanpa disadari oleh beberapa orang jika pelecehan bisa saja lewat siulan (cat calling). Mungkin hal itu dianggap biasa saja, namun sebenarnya sudah masuk dalam kategori pelecehan. Jangan cuek. Jika hanya diam dan tidak peduli maka pelaku akan menganggap si korban merasa senang digoda.
2. Pelanggaran seksual
Kategori pelanggaran ini adalah berani menyentuh, merasakan, atau meraih secara paksa yang disertai dengan penyerangan seksual lainnya yang tidak pantas. Hal ini berdampak ketakutan pada korban.
3. Pelecehan gender
Pelecehan gender merupakan perilaku berupa pernyataan seksis yang menghina atau merendahkan seseorang karena jenis kelamin yang dimilikinya. Hal ini banyak terjadi di masyarakat yang terkadang terlalu menganggap berkomentar sebagai hal yang sudah biasa dan dapat dimaklumi. Padahal hal itu jelas sudah menyangkut hal pribadi yang tentunya bukan untuk dimaklumi atau dijadikan bahan penghinaan.
4. Perkosaan
Kasus yang biasanya banyak terjadi ialah kasus perkosaan yang disertai dengan kekerasan, bahkan korban hingga tewas. Perilaku demikian sudah masuk dalam kategori kriminalitas.
5. Penyuapan seksual
Perilaku penyuapan biasanya berupa permintaan aktivitas seksual dengan mengiming-imingi imbalan yang dilakukan secara terang-terangan. Hal ini juga bisa terjadi pada lingkungan kerja.
Dampak Pelecehan Seksual bagi Penyitas
Hal yang sangat ironis terjadi dan tentunya meprihatinkan, ketika orang-orang masih banyak yang berfikir bahwa apa yang dialami oleh seorang penyintas dinilai biasa saja. Korban juga disalahkan karena cara berpakaiannya, dan menganggap apa yang dialami penyintas sebuah candaan. Padahal, pelecehan yang dianggap bercanda tersebut bisa memberikan pengaruh buruk bagi penyitas. Gangguan mental bisa muncul akibat pelecehan seksual
1. Depresi
Orang yang pernah mengalami pelecehan seksual dapat mengalami depresi jangka panjang. Dampak tersebut mungkin tidak langsung terlihat. Sebab penyitas akan mengalami proses di mana dirinya rendah, bersalah, dan tidak berharga. Jika hal tersebut dibiarkan menghantui korban maka akan memicu depresi.
2. Tekanan darah tinggi
Pelecehan seksual juga akan memicu naiknya tekanan darah, dan hal tersebut bisa menyebabkan risiko penyakit jantung dan gangguan lain yang berhubungan dengan hipertensi.
3. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
Penyintas akan merasakan trauma mendalam atas kejadian pelecehan yang pernah dialaminya. Tentu hal ini akan mengganggu kualitas hidupnya. Korban akan bersikap menghindar jika ada sesuatu hal yang mengingatkan dirinya dengan kejadian buruk. Penyintas juga akan mengingat beberapa hal dari si pelaku, seperti detail fisik, pakaian hingga prilaku buruk si pelaku.
4. Gangguan tidur
Gangguan tidur juga bisa terjadi pada penyintas, karena bisa saja ketika akan terlelap tiba-tiba dia mengingat wajah pelaku atau kejadian pelecehan tersebut. Sehingga kondisi tersebut berubah menjadi insomnia dan memicu gangguan kecemasan.
5. Bunuh diri
Pada kondisi gangguan mental yang lebih parah, pelecehan seksual bisa berujung pada percobaan bunuh diri, kondisi tersebut akibat stress jangka panjang, gangguan kecemasan, dan tekanan sosial yang dirasakannya, hingga akhirnya mendorong penyintas melakukan hal-hal yang menyakiti dirinya.
Pelecehan seksual tidak bisa dianggap sepele, apalagi jika harus bersikap tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Jangan anggap remeh kejadian yang sudah merugikan orang lain, apalagi dianggap sebagai bahan candaan. Hal yang paling penting diterapkan pada diri adalah bagaimana cara untuk waspada dan bertanggungjawab atas diri sendiri, juga kepedulian terhadap lingkungan sekita, bukan malah menghakimi atau bahkan menimbulkan kesakitan terhadap orang lain.
Advertisement