Sabda Airlangga Tandingi Unair Memanggil? Simak Perbedaannya
Sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai Ksatria Muda Airlangga mengelar aksi Sabda Airlangga 'Demokrasi Sehat Pemilu Hebat Bermartabat' pada Senin, 5 Februari 2024. Kegiatan ini digelar berselang 10 sampai 15 menit dari seruan "Unair Memanggil" yang digelar di Gedung Pasca Sarjana Unair Kampus B.
Pernyataan sikap yang dibacakan Sabda Airlangga juga bertentangan dengan seruan Unair memanggil yang mengkritik pemeritahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berbeda dengan seruan Unair memanggil yang diikuti guru besar dan alumni Unair lengkap dengan memakai jas almamater.
Sabda Airlangga diikuti oleh sekelompok orang tanpa menggunakan jas almamater. Selain itu, dari pantuan Ngopibareng.id saat aksi Sabda Airlangga berlangsung beberapa mahasiswa Unair mempertanyakan asal muasal sekelompok orang tersebut.
"Alumni endi iku (alumnni mana ini), kok kalau alumni aku tidak diikutsertakan," ujar salah satu mahasiswa saat aksi Sabda Berlangsung.
Koordinator Aksi Sabda Airlangga, Asadur Rahman Muhammad (Gus Asadur) mengatakan, aksi yang digelar pihaknya adalah bukti bahwa Unair bersikap netral dalam kontestasi politik yang berlangsung.
"Netral sesuai dengan napas perjuangan dan mandat dari Pak Rektor Prof Nasih," ujar caleg Gerindra dari Dapil Jatim Dapil 5 ini.
Di samping itu, Gus Asadur mengaku sebagai alumni Unair itu menyebut bahwa aksi yang dibuat bukanlah aksi tandingan dari aksi yang juga berlangsung di Unair (Unair memanggil).
"Kami disini bukan tandingan manapun atau siapa pun, saya di sini mewakili Ksatria Airlangga. Atas nama pribadi dan himpunan dan kami semua menyatakan seruan yang serupa," ungkap alumni FISIP Unair ini.
Menurutnya, seruan sikap dari beberapa kampus yang sedang gencar dilakukan di Indonesia mencoba mengiring opini untuk menjatuhkan salah satu pasangan calon (paslon).
"Saya tidak tahu di sebelah ada apa. Tapi Anda tahu fenomena terjadi di seluruh universitas, ada UI, UGM, UII, ITB, tapi anda tidak jumpai Universitas Airlangga. Ini bumi Surabaya, ini Universitas Airlangga dan kami tidak mudah dipecah belah," paparnya.
Ditanya mengenai apakah pihaknya mendukung pemerintahan keberlanjutan, ia tidak menjelaskan secara gamblang tetapi dirinya menyebut bangsa Indonesia tidak bisa maju karena selalu berganti pemimpin setiap 5 tahun sekali.
"Bangsa ini tidak maju karena kita selalu restart again after 5 years, selalu mengulang dari awal setelah 5 tahun. Misalnya anak SD bagaimana bisa kelas 6 kalau setiap kelas 5 dia harus mengulang kelas 1 lagi," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 120 alumni Universitas Airlangga (Unair) beserta kolega sejawatnya mengeluarkan kritik terhadap pemeritahan Joko Widodo (Jokowi), mereka mengecam segala bentuk praktik melemahkan demokrasi seperti politik dinasti dan penyalahgunaan kekuasaan.
Guru Besar Sosiologi FISIP Unair, Prof Hotman Siahaan dalam pernyataannya mengatakan, presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus merawat prinsip-prinsip etika republik dengan tidak menyalahgunakan kekuasaan atau menggunakan fasilitas dan alat negara untuk mendukung salah satu kandidat capres-cawapres.
"Presiden juga tidak boleh berpihak dalam politik elektoral dan menghentikan segala praktik pelanggengan politik kekeluargaan," kata Hotman Senin, 5 Februari 2024.
Advertisement