Saatnya NU Jadi Imam Dunia Islam, Ini Fakta Historis
Terpilihnya Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya sebagai pemimpin Forum Sufi Dunia sangat strategis untuk dapat berperan besar dalam mengatasi persoalan dan tangangan dunia masa kini yang tengah dihadapkan pada radikalisme dan ekstremisme.
"Strategis sebetulnya karena ini amanah dan kepercayaan kepada bangsa kita untuk menjadi imam bangsa Muslim dunia," kata Ahmad Baso, intelektual muda NU, dikutip ngopibareng.id, Rabu 10 April 2019 dari situs resmi jatman.or.id.
Penulis buku Pesantren Studies itu mengungkapkan bahwa menjadi pemimpin dunia Islam sudah menjadi garisnya NU. "Khittah NU di level global ya jadi imam," katanya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, Baso menjelaskan bahwa sejak berdirinya, NU menjadi organisasi yang berada di garda terdepan untuk mengatasi problem keislaman dunia.
"Strategis sebetulnya karena ini amanah dan kepercayaan kepada bangsa kita untuk menjadi imam bangsa Muslim dunia," kata Ahmad Baso.
Mulai dari Komite Hijaz yang secara langsung meminta Raja Arab Saudi saat itu untuk tetap memperbolehkan mazhab lain berada di Masjidil Haram.
"Hanya kita yang berani mengirim surat ke Saud," ujarnya.
Setelah itu, pada Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) yang digelar pada 1965 juga meminta NU melalui KH Idham Chalid dan KH Saifuddin Zuhri untuk tampil sebagai imam di dunia Islam.
Selanjutnya, NU juga tampil dengan forum internasional lain yang digagasnya, yakni International Conference of Islamic Scholars (ICIS), International Summit of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL), hingga Forum Sufi Dunia yang digelar pada 8-10 April 2019 di Pekalongan ini.
"Ini terobosan, kami menunggu kiai NU hadir di dunia Islam. Kami makmumnya," kata Baso meniru ucapan peserta.
Hal tersebut, menurutnya, menunjukkan bahwa NU sangat dinanti peran terbaiknya dalam menjawab persoalan dunia yang berkembang saat ini. "Karakter kita bukan makmum, Islam Nusantara itu harus selalu tampil," tegasnya.
Bahkan jauh sebelum NU lahir, ulama Indonesia juga sudah tampil sebagai pemimpin Internasional. Sebut saja, misalnya, KH Abdul Manan, pendiri Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur.
Sosok kakek dari Syech Mahfudz al-Turmusi itu adalah orang pertama yang diminta membangun ruwaq Jawi, semacam asrama bagi pelajar yang berasal dari Nusantara atau Asia Tenggara di Universitas Al-Azhar Al-Syarif, Kairo, Mesir pada pertengahan abad 19. Setelahnya, baru bermunculan ruwaq dari negara-negara lainnya.
"Syekh Abdul Mannan Dipomenggolo diminta menjadi imam Jawi di Al-Azhar untuk membuat ruwaq," pungkasnya.
Sebelumnya, Habib Luthfi terpilih secara aklamasi sebagai pemimpin Forum Sufi Dunia. Hal itu ditandai dengan acungan tangan seluruh peserta, baik dari dalam negeri, maupun luar negeri, saat Syech Adnan al-Afyouni mencalonkannya. (adi)
Advertisement