Saat Wisman Masuk Eks Lokalisasi Dolly
Masyarakat Kampung Putat Jaya atau yang lebih dikenal dengan nama Dolly ini patut berbangga. Pasalnya, kampung yang dulu terkenal dengan wisata prostitusi kini berubah wajah menjadi wisata edukasi.
Lihat saja dengan apa yang dilakukan oleh anak muda ini. Mereka mulai menginisiasi Kampung Dolly menjadi kampung Inggris. Modelnya mirip dengan kampung Inggris yang ada di Pare, Kediri.
Direktur Dolly English Club, Cahyo Wahyu, mengatakan gawe untuk menjadikan Kampung Dolly sebagai kampung Inggris sebenarnya sudah mulai berjalan sejak enam bulan yang lalu. Saat ini saja, sudah ada 184 anak didik yang mengikuti kursus Bahasa Inggris yang dikelolanya. Pengajarnya pun beberapa lembaga, yakni dari komunitas Young and Dangerous, Gereja Yesus Kristus, komunitas Wanita Muslimah Indonesia, dan Mahasiswa dari Unitomo.
Soal biaya yang dipatok, Dolly English Club tak pernah mematok harga.
"Kalau yang kursus di sini mau bayar Rp1.000 atau Rp2.000 juga boleh. Tapi ada juga untuk yang advance konsepnya camp. Itu baru yang kita tarif," kata dia.
Ia berharap, ke depannya kampung Inggris ini bisa mendongkrak perekonomian warga sekitar, karena kedatangan siswa dari luar daerah.
"Karena yang advance nanti konsepnya camp, dia harus nginap. Makanya akan ada banyak kos-kosan di sekitar sini. Warung-warung dan laundry-laundry juga bisa laku. Intinya kita mau mengembangkan perekonomian di kampung ini," kata dia.
"Biaya itu juga akan digunakan sebagai operasional di sini, untuk biaya mengecat dan merawat kampung sini," tambah Cahyo.
Metamorfosis Kampung Dolly, dari kampung prostitusi menjadi kampung edukasi, ternyata juga menarik minat sejumlah wisatawan mancanegara. Mereka bahkan tak sungkan ikut membantu warga mengecat Kampung Dolly, agar semakin menarik untuk menjadi kampung edukasi.
"Pelan-pelan kami cat, pengecatan ini dibantu teman-teman dari wisatawan, supaya nambah menarik," kata Cahyo.
Salah satu wisatawan yang datang ke Kampung Dolly, Cardona, mengatakan, ia cukup senang bisa mengunjungi lokasi itu. Ia juga terkesan dengan keramahan warga.
"Saya tertarik datang kesini, warganya ramah. Anak-anak kecilnya juga antusias," kata Cardona, wisatawan asal Amerika Serikat ini.
Sementara itu, Ketua RW, Putat Jaya Timur RW 12, Ngadiman, mengaku bangga dengan salah satu warganya yang menginisiasi munculnya Kampung Dolly.
"Kami dan warga sekitar, jelas bangga. Manfaatnya bisa dirasakan anak-anak sekitar mulai dari anak sekolah hingga yang dewasa, bisa menambah wawasan juga," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah Kota Surabaya mendukung keberadaan Kampung Inggris di kawasan eks lokalisasi Dolly. Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, Mei lalu, mengatakan Pemerintah Kota Surabaya hingga saat ini terus memberikan perhatian lebih terhadap kawasan eks lokalisasi Dolly.
"Kami berharap kawasan tersebut bisa berubah dan berkembang menjadi salah satu sentra pendidikan dan bisnis di wilayah Surabaya," katanya.
Menurut dia, perlu melibatkan beberapa pihak untuk menjadikan kawasan eks lokalisasi Dolly sebagai tempat menimba ilmu bahasa Inggris layaknya Kampung Inggris di Pare. (frd/amr)