Saat Wakil Rakyat Mohon Ampunan, Fakta Seramnya Humor Politik
Para wakil rakyat, menjadi figur paling banyak disorot bukan karena pembelaannya pada rakyat yang tertindas. Bukan karena ia berbicara berbusa-busa di depan kamera televisi atau media massa.
Mereka disorot ketika menjadi badut di televisi. Badut yang tak mengenal malu seolah mereka menyampaikan kebenaran dalam bentuk menyampaikan aspirasi warga masyarakat, atau rakyat di daerah yang diwakili.
Tapi, ada yang mengingatkan: saatnya wakil rakyat meminta maaf atau meminta ampunan. Di sinilah, humor politik itu patut kita baca. Tentu sambil santai-santai merenung dan boleh tersenyum dengan hangat.
Permohonan Ampunan
Ada 3 orang anggota DPR yang terkena berbagai macam kasus. Sebut saja Agung, Bagio, dan Tanto. Mereka berada di tiga tempat berbeda, pada malam hari mereka pun masing-masing khusyuk berdoa, demi keselamatan bangsa dan kesejahteraan SDM di jajarannya.
Agung pun berdoa, "Ya Allah mohon ampun, hambaMu sujud minta wejangan apa yang harus hamba lakukan untuk kelancaran pekerjaan kami menyerap aspirasi rakyat Indonesia?"
Sejenak ruangan sunyi, namun tiba-tiba muncul senoktah cahaya yang menerobos dekat jendela.
Dan terdengarlah suara bernada datar, mengalir perlahan dengan syahdunya, "Wahai umatku yang kusayangi, Agung yang bijaksana. Sungguh mulia kalian diberi kepercayaan menjadi wakil rakyat. Namun sungguh durhaka, kepercayaan itu, kalian jadikan peluang untuk meraup untung. Agung!!...Jangan mengaku wakil rakyat, bila ruang sidang tidak bersih dari pikiran maksiat, dan ambisi material." Agung pun menangis dan sujud mohon ampun.
Sementara di tempat lain, di suatu ruangan yang temaram, tampak sesosok umat sedang menyembah dan bersujud berharap mujikzat.
Bagio pun berserah, "Ya Allah tunjukkan jalanMu. Dan berilah hambaMu ini jalan keluar, agar jajaranku ini tidak terperosok di lembah hitam kemarukan, dan keserakahan menimbun harta dan uang..."
Tiba-tiba senoktah cahaya, seperti garis putih dari langit menerobos pilar teras, sampai ke ruangan doa.
Dan suara itu pun bergema, "Wahai umatku yang kukasihi, wahai Bagio...Siramlah anak buahmu dengan cahaya iman tiap hari. Mengapa tiap hari? Karena yakinlah dosa sogok di jajaran kamu, sudah mengakar seperti pohon beringin tua diseberang jalan itu."
Tertegunlah Bagio. Dia loyo dan ia pun menangis tersedu-sedu memohon ampunan.
Pada malam itu juga, ketika cakrawala hitam kelam. Di atas sana, cahaya rembulan menembus dingin cemara di halaman rumah itu. Tanto itu pun berserah, mengulurkan tangan memohon ridho Allah.
Tanto pun berbincang segenap hati, "Ya Allah, tolong umatMu yang berdosa ini yang sudah meraup banyak uang yang bukan dari hakku, berilah jalan terang untuk keharmonisan di jajaranku. Berikan jalan kepada hambaMu ini..."Belum selesai kata terakhir terucap, ruangan itu pun terang benderang dan menyilaukan sekali.
Lalu terdengarlah suara yang keras... "Tanto menyerahlah ..!!!" Tanto pun terperangah, dan terkejut bahwa tanpa disadarinya serombongan polisi telah mengepungnya.