Saat Terbakar, KRI Rencong 622 Bawa Ratusan Amunisi
KRI Rencong dengan nomor lambung 622 yang terbakar di sekitar perairan Pulau Senapan Kota Sorong, Papua Barat, Selasa, 11 September 2018 membawa banyak amunisi.
Saat kejadian, kapal yang diawaki 38 personel TNI AL itu sedang melakukan patrol rutin di sekitar perairan Senapan. Seluruh kru kapal berhasil dievakuasi ke Dermaga Sorong. Hingga kini, belum diketahui pasti penyebab terbakarnya KRI Rencong hingga tenggelam.
Kepala Kantor SAR Sorong, Emy Freezer mengatakan, setelah mendapat laporan KRI Rencong Lantamal XIV terbakar, Lantamal XIV langsung berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk membantu pemadaman dan evakuasi kru kapal.
"Kami dapat informasi dari masyarakat bahwa KRI Rencong terbakar pukul 08.15 WIT. Kami langsung berkoordinasi dengan Kepala KSOP Sorong. Pukul 09.11 WIT, tug boat Pertamina bergerak ke lokasi kejadian," katanya, Selasa, 11 September 2018.
Setelah itu, kata dia, disusul tim SAR Baladewa bergerak ke lokasi. Namun, mereka disarankan tidak mendekat ke lokasi kapal oleh Kapal Wayag karena masih banyak amunisi di KRI Rencong. Tim SAR kemudian ikut membantu menginformasikan kepada perahu-perahu nelayan untuk tidak melintas di jalur KRI.
KRI Rencong-622 ada di kelas kapal cepat berpeluru kendali. Kapal perang ini dibuat di galangan kapal Tacoma SY, Masan, Korea Selatan, pada 1979. Saat musibah terjadi, dia ada di sana dalam penugasan di bawah kendali Gugus Keamanan Laut Komando Armada III TNI AL itu.
Kapal lain dalam kelas yang sama adalah KRI Mandau-621, KRI Badik-623, dan KRI Keris-624. Cikal-bakal kapal perang ini berasal dari rancang-bangun kapal patroli kelas Dagger/Ashville, buatan Amerika Serikat.
Kapal dengan bodi dari alumunium itu berbobot ringan dan lincah. Kapal ini digerakkan mesin gas turbin General Electric LM 1500 selain dua mesin diesel untuk kecepatan rendah. Jika semua sistem propulsi ini dioperasikan, dia bisa mencapai kecepatan 40 knot (setara 74,08 kilometer perjam untuk wahana darat).
Yang menarik dari kapal perang yang dirancang-bangun dan dioperasikan pada masa Perang Dingin ini adalah kehadiran empat peluru kendali permukaan-ke-permukaan atau permukaan-ke-udara MM-38 Exocet buatan Aeropastiale, Prancis, yang legendaris. Perang Falkland menjadi kampanye efektif bagi MM-38 Exocet.
Sejak ada kerja sama alih teknologi dengan China, maka kehadiran peluru kendali yang sudah terbukti itu digantikan peluru kendali C-802 buatan SACCADE, China.
Kapal perang ini juga dilengkapi sistem pertahanan titik meriam Bofors 40/70 dan 57/70 mm buatan Bofors/Saab, Swedia, pemandu tembakan Signaal WM28, kanon penangkis serangan udara Rheinmetall 20 mm, dan dia mampu membawa satu helikopter.
Di ruang sistem manajemen tempurnya, terdapat sistem radar MR-302/Strut Curve untuk memandu tembakan sistem pertahanan MR-123 Vympel/Muff Cob. (wit/ant)
Advertisement