Saat Susun Menteri, Ini Pesan Megawati Pada Jokowi
Surabaya : Perayaan Idul Adha 1938 Hijriyah di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Bulak Banteng, Surabaya, sangat spesial karena dihadiri Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto serta Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf.
Ketika menyampaikan kata-kata sambutannya, Hasto Kristiyanto mengisahkan dialog antara Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri, dengan Presiden RI Joko Widodo.
Kata Hasto, dialog itu didasari oleh Pancasila sila pertama soal Ketuhanan yang Maha Esa. Ketuhanan yang dimaksud adalah ketuhanan yang berkebudayaan, penuh toleransi, berbudi pekerti, tanpa egoisme. Megawati dan Jokowi lalu berdialog soal bagaimana membumikannya, demi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Saat itu, kata Hasto, Jokowi bertanya kepada Megawati soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk. Megawati lalu berkata dengan jelas kepada Jokowi, bahwa republik ini dibangun dengan perjuangan, tetesan keringat, darah dan air mata.
Lalu, siapa yang berkeringat bagi republik? Pada 1912, didirikanlah Muhammadiyah. Pada 1926, didirikanlah Nahdatul Ulama. Pada1927, didirikan Partai Nasional Indonesia. Dan pada 1945, Bung Karno membangun Tentara Nasional Indonesia.
Megawati lalu menekankan kepada Jokowi, bahwa kalau keempat kekuatan ini bersatu, maka Indonesia yang adil dan makmur akan terwujud dengan baik.
Selanjutnya, kata Hasto, Megawati juga mengingatkan Jokowi, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang membangun peradaban, Islam yang masuk dengan tradisi perdagangan.
"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena inilah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati.
Hasto secara pribadi mengatakan, sikap demikian berbeda dengan tradisi di Orde Baru, dimana Islam dijauhkan dari perdagangan.
Dilanjutkan dia, oleh karena itulah Presiden Jokowi, bersama Nahdatul Ulama dan Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Mar'uf Amin, membangun ekonomo untuk Ummat.
"Itulah prinsip ketuhanan yang menyatu dengan tradisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Tanpa ketuhanan yang bicara soal keadilan dan beradab, tak ada artinya," kata Hasto.
Hasto juga menyampaikan bahwa Idul Adha bukan sekedar jalan pengorbanan demi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tapi juga sebagai cerminan bagaimana kepasrahan jiwa sebagai umat kepada Sang Maha Pencipta. Melalui itu, Ummat tak hanya menempuh jalan keimanan, tetapi juga menempuh jalan pengabdian bagi bangsa dan negara.
Dia mengaku sudah tiga tahun terakhir berada di Jawa Timur untuk merayakan Idul Adha, demi menyatu dengan Wong Cilik. Dan bicara Wong Cilik, yang di bawah adalah adanya kaum Nahdliyin dan Marhaen.
Jawa Timur memang punya arti yang bersejarah bagi partainya. Sebab di Jawa Timur, Bung Karno lahir dan belajar Islam sebagai semangat pembebasan dengan HOS Tjokroaminoto. Islam lah yang memberikan inspirasi kepada watak patriotisme dan nasionalisme Bung Karno.
Jawa Timur juga merekam jejak historis kultural PDIP dengan Nahdatul Ulama. Pada Oktober 1945, Bung Karno berkonsultasi dengan para ulama yang menghasilkan Resolusi Jihad dan puncaknya semangat perlawanan rakyat pd tgl 10 Nov 1945. Lahirlah inspirasi untuk menggerakkan rakyat membela kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga.
"Oleh Pak Jokowi kemudian dijadikanlah momen itu sebagai peringatan Hari Santri, demi memperingati bagaimana Resolusi Jihad menggerakkan rakyat di Jatim menjadi benteng kemerdekaan," ujar Hasto.
"Dengan semangat Idul Adha ini, mari bumikan Pancasila, kita kobarkan semangat pengorbanan untuk bangsa dan negara, dengan semangat dedication of life," tandasnya.
Selain Syaifullah Yusuf, hadir juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur yang Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Kusnadi. Dilakukan penyembelihan hewan kurban berupa 10 ekor sapi dan 10 ekor kambing.
Dalam pernyataannya, Syaifullah Yusuf mengatakan bahwa semangat Idul Adha sejalan dengan Pancasila. Sebab intisari Pancasila adalah gotong royong. Dan gotong royong di bidang sosial berasas kekeluargaan terwujud dalam setiap perayaan.
Sementara itu, selain memberikan sambutan, dalam acara ini Hasto juga sempat ikut bergoyang dengan menyanyikan lagi "Rek Ayo Rek", dan "Kolam Susu". Bahkan dalam kesempatan ini Hasto tak lupa membacakan dua buah parikan yang langsung disambut tepuk tangan meriah warga yang ikut dalam perayaan kali ini. (wah)
Advertisement