Saat Para Malaikat Beserta Jibril Berebut Turun Ucapkan Salam
Kita telah sampai pada pengujung bulan Ramadan. Di momen ini, terdapat malam yang sungguh istimewa, yaitu Lailatul Qadar. Saking istimewanya, Al-Quran mengabadikan malam ini dalam satu surat khusus, surat ke-97, Al-Qadr.
Alquran menyebut malam tersebut lebih baik dibanding 1000 bulan. Pasukan malaikat beserta Jibri berebut “turun” mengucap salam bagi hamba yang menghidupkannya sampai fajar menyingsing.
Namun, dalam Alquran, hanya sedikit petunjuk mengenai kapan terjadinya malam mulia Lailatul Qadar. Firman Allah SWT berikut:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada Lailatul Qadar.” (QS Al Qadr [97] ayat 1)
Ayat di atas, mengenai kapan turunnya Al-Quran oleh ahli tafsir sering dihubungkan dengan ayat 185 surat Al Baqarah:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ…
“Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185)
Keistimewaan Malam Seribu Bulan
Karena berdasarkan ayat-ayat Al-Quran di atas, bahwa Alquran Allah SWT turunkan di malam Lailatul Qadar dan di ayat lain Allah SWT jelaskan bahwa Al-Quran diturunkan pada Ramadhan, ulama menyimpulkan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada Ramadan.
Bahkan, Fakhruddin al-Razy dalam kitab tafsirnya Mafatihul Ghaib mengutip pendapat sahabat Ibnu Umar yang menyatakan lailatul qadar mesti terjadi di bulan Ramadan dan tidak mungkin terjadi pada bulan selain Ramadan.
Pertanyaannya kemudian, pada malam Ramadan yang mana Lailatul Qadar tiba? Terkait itu, dapat kita lacak pada hadits-hadits Nabi SAW sebagai penjelas Al-Quran.
Terdapat beberapa riwayat hadits mengenai kapan Lailatul Qadar tiba. Salah satunya riwayat yang menjelaskan secara umum bahwa Lailatul Qadar terjadi di antara 10 malam terakhir Ramadan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah ﷺ senantiasa beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan dan beliau bersabda, ‘Raihlah malam Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir.'” (HR Tirmidzi no. 712)
Pada riwayat lain, dijelaskan lebih spesifik bahwa Lailatul Qadar tiba pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadan. Karenanya, banyak sekali spekulasi ulama mengenai kapan terjadinya malam Lailatul Qadar.
Seperti dikutip oleh Yusuf al-Qaradlawi dalam Fiqhus Shiyam, Ibnu Hajar al-Asqalani sampai mengumpulkan 46 pendapat ulama tentang kapan tibanya malam Lailatul Qadar.
Dengan bijak al-Qaradlawi berpendapat bahwa justru lebih baik malam lailatul qadar dirahasiakan. Agar kita semua tetap banyak beribadah di bulan Ramadhan dan lebih melipatgandakan kuantitas serta kualitasnya di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan seperti yang Nabi SAW. lakukan. (Lihat Fiqhus Shiyam hlm 32)
Kesimpulannya, baik dalam Al-Quran maupun hadits Nabi, soal kapan malam Lailatul Qadar itu adalah misteri. Dalam hadits paling dinyatakan bahwa malam tersebut terjadi di 10 malam pengujung Ramadan. Tepatnya di malam yang mana? Allah SWT dan Rasul-Nya lebih tahu. Kita hanya berusaha menggapainya dengan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir tersebut. Wallahu A’lam. (Sumber: mui-digital)