Saat Nabi Muhammad Berhari Raya
Bila pagi Idul Fitri yang indah itu tiba, usai Shalat Subuh Nabi Muhammad Shallallahu alahi wasallam (SAW) bersiap-siap berangkat menuju masjid. Beliau mengambil baju yang paling bagus (Ajmal tsiyabih), lalu mengenakannya. Sesudah itu beliau mengambil botol minyak wangi dan mengoleskan ke tubuhnya.
Seorang sahabat mengatakan :
امرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فى العيدين ان نلبس أجود ما نجده وان نتطيب بأجود ما نجد
“Nabi menyuruh kami pada dua hari raya untuk mengenakan pakaian terbaik yang kami punya dan mengoleskan tubuh dengan minyak yang paling wangi yang kami punya".
Lalu, kata Imam Bukhari, Nabi belum akan keluar menuju masjid, sebelum sarapan lebih dulu. Ini untuk Id Fitri. Sedang untuk Id Adha, beliau sarapan sesudah salat.
Seperti hari-hari biasa, menu sarapan beliau adalah kurma kering dan dalam jumlah ganjil.
فعن انس رضى الله عنه قال:"كان النبى صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً"
Usai sarapan beliau berangkat ke masjid, melalui jalur tertentu, sambil mulutnya terus mengucapkan takbir. Bila shalat Id dan dua khutbah telah ditunaikan beliau pulang ke rumah dengan mengambil jalur lain.
عن جابر رضى الله عنه قال " كان النبى صلى الله عليه وسلم إذا كان يوم عيد خالف الطريق"
Bila di tengah jalan pulang itu bertemu para sahabatnya, beliau menyampaikan “tahni’ah”, ucapan selamat Hari Raya, lalu berjabatan tangan sambil mengucapkan : “Taqabbala Allah Minna wa Minka” (Semoga Allah menerima ibadah kita selama Ramadan). Para sahabat beliau membalasnya dengan ucapan yang sama. Ucapan ini mengandung makna persahabatan dan menanamkan rasa kasih sayang antara sesama Muslim.
Itu adalah salah satu cara saja. Kita dapat mengembangkan cara yang lain sesuai dengan budaya dan tradisi kita, sepanjang sejalan dengan nilai-nilai dan etika Islam atau tidak bertentangan dengannya. Misalnya mengucapkan : “Kullu ‘Am wa Antum bi Khair” (Semoga engkau selalu baik), atau “Min al-‘Aidin wa al-Faizin” (Selamat anda kembali menjadi bersih dan sukses).
Sikap Nabi SAW yang mengambil jalur berbeda antara pergi (berangkat) ke dan pulang dari masjid, dimaksudkan agar bisa bertemu dengan banyak orang yang berbeda-beda.
Itu adalah bentuk dan cara Silaturrahim Nabi sebagaimana dalam tradisinya. Sebagai cara, tentu bisa berkembang. Ini sesungguhnya tidak berlaku special hari raya saja, tetapi untuk sepanjang hidup Nabi. “Seorang muslim”, kata Nabi “adalah saudara bagi muslim yang lain. Mereka tak dibenarkan saling menzalimi, saling menghina dan saling merendahkan. Taqwa itu di sini. Nabi mengucapkan kata-kata ini (al-taqwa) tiga kali sambil tangannya diletakkan di dadanya, sebuah isyarat tempat hati. Seorang muslim sudah dipandang buruk bila dia merendahkan saudaranya. Setiap muslim dilarang mengganggu hak hidup, hak milik pribadi dan martabatnya”.
Silaturrahim juga menambah rizki dan memperpanjang umur. Nabi mengatakan :
من سره ان يبسط له رزقه وينسأ له فى اثره فليصل رحمه
“Siapa yang ingin banyak rizki dan umur panjang (yang bermanfaat), maka hendaklah menjaga silaturrahim”.
Menjaga silaturahmi dapat ditempuh melalui banyak cara: dengan mengucapkan salam, memberi hadiah, bicara santun, bersikap ramah, berbuat baik dan membantu kesulitan. Bila berjauhan tempat, maka bisa dilakukan dengan mengirim surat, sms, tweet, fb, menelpon dan lain-lain. Ini cara yang konteks modern. Tetapi yang terbaik adalah berkunjung dan bertemu muka. (18.04.23/HM)
Demikian disampaikan KH Husein Muhammad, disampaikan pada acara bukber keluarga besar Kiai A. Syatori, pendiri Pesantren Dar al-Tauhid. Arjawinangun. Kakek Kiai Husein, Santri Hadhratussyeikh K.H. Hasyim Asy'ari, Kakek Gus Dur.
Ibadah yang Bangkrut
Puasa secara genuin adalah madrasah spiritual dan moral. Ia adalah ritual meditatif sebagai cara dan mekanisme melihat atau mengkoreksi (muhasabah) dan melatih diri mengendalikan hasrat-hasrat rendah yang merusak jiwa dalam rangka mewujudkan kehidupan bersama yang berkeadilan dan berkemanusiaan.
Kebangkrutan Ibadah
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " أَتَدْرُونَ مَاالْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا ، وَقَذَفَ هَذَا ،وَأَكَلَ مَالَ هَذَا ، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصَّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْخَطَايَا ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ " أخرجه مسلم
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut/pailit ?”. Mendengar pertanyaan Nabi ini, para sahabat dengan cepat menjawab : “dia adalah orang yang tidak lagi punya kekayaan”. Beliau mengatakan : “oh, bukan”. Lalu beliau menjelaskan maksudnya : "orang yang bangkrut ialah dia yang datang pada hari kiamat dengan membawa daftar pahala shalat, puasa dan zakat. Tetapi dalam waktu yang sama dia juga membawa daftar dosa kezaliman yang dilakukannya. Dia mengecam si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Kepada mereka yang dizalimi (korban), kelak dia (pelaku) dihukum dengan membayar dengan pahala kebaikan-kebaikan ( kesalehan) personalnya. Manakala semua pahala kebaikan/kesalehan personal tersebut belum bisa melunasinya, maka dosa mereka korban ditimpakan kepadanya. Sesudah itu dia (pelaku) dilemparkan ke dalam api neraka”.
Pernyataan Nabi di atas memperlihatkan kepada kita betapa kesalehan personal seperti shalat, puasa, haji dan yang sejenisnya meski pahalanya begitu besar, bisa digugurkan oleh perilaku-perilaku kezaliman social dan kemanusiaan. Kezaliman sosial/kemanusiaan adalah tindakan-tindakan yang melanggar hukum publik, merampas hak milik manusia, melukai kehormatan mereka, seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, melakukan kekerasan fisik, verbal, psikis, kekerasan seksual, korupsi dan lain-lain. Mereka terancam hukuman berat dari Allah : dilemparkan ke dalam neraka.
(Disampaikan KH Husein Muhammad, di masjid Al Ukhuwwah, UI, Depok, 16.04.23/HM)
Demikian semoga bermanfaat.