Saat di Bawah Ancaman, Gus Baha Berkisah tentang Sayidina Ali
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha') berkisah tentang Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dalam sejarah hidupnya, Sayidina Ali terancam dibunuh karena memiliki musuh yang cukup banyak.
"Jadi, seperti menyangkut, misalnya virus Corona. Sayyidina Ali pernah, (red. bahkan) sudah dalam ancaman pembunuhan, karena beliau musuhnya banyak. Ya musuh yang enggak jelas. Sayyidina Ali kalau mau sholat ya tetap biasa salat tanpa dikawal," ujar Gus Baha.
Gus Baha melanjutkan ceritanya. Pengasuh Pesantren Al-Quran di Narukan, Rembang, Jawa Tengah menjelaskan ketika itu Ali pernah ditanya mengapa dirinya tidak takut akan kematian. Padahal sudah jelas banyak musuh (yang tidak jelas) ingin membunuhnya.
Namun, apa jawaban Ali saat itu? Sahabat Rasulullah itu malah terkesan santai walaupun sedang dalam ancaman yang bisa saja merenggut nyawanya.
"Jawabannya Sayyidina Ali itu unik. Khisny Ajali. Saya masih hafal ta’birnya. Khisny utawi benteng ingsun (Khisny, benteng saya). Itu ajaliy, jatah ajal," kata Gus Baha.
Kemudian, kata Gus Baha, sekalipun ada ancaman mau dibunuh, ada virus Corona, wabah kolera, tetap saja manusia mati sesuai dengan kontraknya alias waktu yang sudah ditentukan oleh Allah.
Namun bukan berarti pasrah begitu saja, tidak ada usaha untuk mencegah penularan virus Corona. Tetap saja sebagai manusia harus berikhtiar, misal memakai masker di tempat dan dalam keadaan tertentu.
"Tapi bukan berarti kamu enggak berusaha. Ya, usahalah. Memakai masker biar maskernya laris. Tapi, enggak usah diimani berlebihan," terangnya.
Selanjutnya Gus Baha membuat perandaian tentang hidup mati seseorang yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz.
"Coba andaikan kamu bisa melihat Lauh Mahfudz, pasti kamu tertawa malu," katanya. "(Nama) kamu di Lauh Mahfudz ditulis mati karena kecelakaan. Kemudian kamu enggak tahu. Malahan terus-terusan pakai masker takut corona," ujarnya.
Gus Baha bilang, ketika hal tersebut terjadi, maka manusia yang amat ketakutan oleh virus corona itu akan ditertawakan oleh Malaikat Izrail, yaitu Sang pencabut nyawa. Bahkan manusia itu ternyata mati bukan karena pandemik virus corona, melainkan karena hal lain.
"Apalagi ditulis mati karena dibentak istrinya, ha ha. Terus yang kamu takuti dengan masker itu apa? Kan enggak ada hubungannya," tuturnya.
Gus Baha mengatakan, jika memang takut tertular virus Corona (COVID-19) niatkan bukan karena menghindari mati, tetapi khawatir merepotkan oranglain yang nantinya akan merawat ketika sakit dan menularkan penyakit ke orang lain. Sakit juga bakal mengurangi ibadah ke Allah.
"Kalian mau takut corona itu begini, saya takut sakit. Kalau sakit menyusahkan orang. Kalau saya sakit, sujud saya kurang, ngaji saya kurang. Berarti ketakutan kamu terhadap kekurangan aktivitas ibadah. Kalau itu baru Islami. Baru benar itu," tuturnya.