Ryamizard: Ulama Tak Tahu Sejarah yang Bikin Gaduh
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, Islam di Indonesia menjunjung tinggi persatuan, nasionalisme serta toleransi. Menurutnya, sejak zaman penjajahan Belanda selama tiga setengah abad tidak pernah surut melakukan perlawanan terhadap kolonial. Sebab itu, ulama tersebar diseluruh penjuru Indonesia.
Kemudian, kata dia, memasuki abad ke-20 tokoh-tokoh pejuang dan kolonial Belanda berhasil mendidik para tokoh seperti Sutomo. Dan mereka adalah kader guru spiritual dan kebangsaan sehingga mereka memiliki nasionalisme dan patriotisme.
"Hal tersebut adalah terlihat dari kegigihan mereka berujung kemerdekaan 17 Agustus 1945 jelas betapa besarnya peran ulama dalam menjaga keutuhan NKRI," ungkap Ryamizard, saat membuka simposium peran mindset pada era keterbukaan informasi di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu 8 Mei 2019.
Pada kesempatan itu, Ryamizard Ryacudu mempertanyakan terkait pemikiran atau mindset beberapa pihak yang membenarkan khilafah ada di Indonesia. Padahal, kata dia, di 21 negara salah satunya Arab Saudi, serta Malaysia pun sudah melarang.
Pada Pemilu yang lalu, dia mengungkapkan, ada beberapa pihak yang bergabung dengan Hizbut Tahir Indonesia (HTI).
"Makannya agak kacau ini kalau Pemilu bergabung dengan salah satu kelompok ini (HTI) nah ini termasuk yang satu ini bahlul ini," kata Ryamizard.
Ryamizard pun menyayangkan sikap ulama saat ini tidak mencerminkan seperti masa lalu. Yang berjuang untuk kepentingan NKRI.
"Saya enggak ngerti nih ulama-ulama sekarang di mana dulu bapaknya nenek moyangnya enggak pernah berjuang makanya kayak begitu tuh kelakuannya. Kalau ulama dulu-dulu nah ini berjuang nih, baru belajar sedikit di Arab sudah enggak jelas. Tambah lama tambah enggak jelas aja itu," tuturnya. (asm/adi)
"Saya enggak ngerti nih ulama-ulama sekarang di mana dulu bapaknya nenek moyangnya enggak pernah berjuang makanya kayak begitu tuh kelakuannya. Kalau ulama dulu-dulu nah ini berjuang nih, baru belajar sedikit di Arab sudah enggak jelas. Tambah lama tambah enggak jelas aja itu," tutur Ryamizard Ryacudu.
Advertisement