Ruth Bader Ginsburg, Pejuang Kesetaraan itu Telah Pergi
Ruth Bader Ginsburg meninggal di usia 87 tahun, pada Jumat 18 September 2020, petang, waktu setempat. Mantan jaksa perempuan terlama yang menjabat di Pengadilan Tinggi di Amerika Serikat ini meninggal setelah berjuang melawan kanker pankreas yang kambuh kembali.
Ginsburg mengalami sejumlah masalah kesehatan. Perempuan berpostur tubuh mungil itu mengalami serangan kembali, setelah mengalahkan kanker pankreas di tahun 2009 dan 2019. Ia juga menjadi penyintas kanker paru-paru dan empedu di tahun 2018 dan 2009.
Meski diterpa sakit, Ginsburg tetap gigih memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang. Secuil kegigihannya direkam dalam film dokumenter berjudul On the Basis of Sex di tahun 2018. Film yang mendapat nominasi dalam Academy Award ini melambungkan nama Ginsburg. Fans nya menyebutnya sebagai "R.G.B yang Jahat".
Film tersebut mengisahkan sepenggal perjalanan dan perjuangan hidup Ginsburg. Lahir di keluarga kelas pekerja di Brooklyn, New York, pada 15 Maret 1933. Jenjang sarjana ia tamatkan di Universitas Cornell. Kampus yang juga mempertemukan Ginsburg dengan suaminya, Martin Ginsburg. Mereka berdua menikah di tahun 1954 dan melanjutkan kuliah di Harvard.
Suaminya meninggal di tahun 2010 ketika Ginsburg baru saja memiliki anak keduanya. Ia lantas menamatkan sekolah hukumnya dari Columbia di tahun 1959.
Namun gelar tinggi tak menjaminnya mudah mendapatkan pekerjaan. Dunia yang didominasi patriarki dan rasisme, menyebabkannya dianggap tak kompeten lantaran lahir sebagai perempuan. Dalam film tersebut, Ginsburg berujar "saya terjepit dalam tiga hal. Saya Yahudi, perempuan, dan ibu rumah tangga." katanya.
Namun setelah menjalani magang di pengadilan federal, ia melamar sebagai periset di Columbia dan mengajar di sekolah hukum Rutger. Tahun 1972, Ginsburg menjadi profesor pertama di Columbia, dan mendirikan Proyek Serikat Perempuan Sipil Amerika Serikat.
Salah satu warisannya yang bisa dinikmati hingga saat ini adalah penghapusan stigma yang merugikan laki-laki. Tahun 1975, ia berhasil memenangkan kasus Stephen Wesenfeld, seorang duda yang mencari Jaminan Sosial sepeninggal istrinya. Sebelum kasusnya ditangani Ginsburg, klaim Stephen ditolak lantaran Jaminan sosial hanya diberikan kepada janda.
Presiden Bill Clinton lantas membawa Ginsburg masuk ke dalam Pengadilan Tinggi dan membuatnya menjadi perempuan kedua yang menjadi hakim di lembaga hukum tertinggi di pemerintah pusat. Ginsburg juga menjadi hakim perempuan dengan masa jabatan terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat.
Tahun 1996, Ginsburg yang telah duduk sebagai hakim di pengadilan tertinggi pemerintah federal itu memberikan opini pada kampus negeri Institut Militer Virginia. Ia berpendapat tak seharusnya kampus memberikan perlindungan yang timpang, dengan menolak mahasiswa perempuan.
Di akhir masa jabatannya, Ginsburg dan sejumlah hakim liberal lainnya mengalami sejumlah kesuksesan, termasuk aturan legalisasi pernikahan sesama jenis, aturan kuota khusus untuk meningkatkan kesempatan mahasiswa dari kulit berwarna di perguruan tinggi, dan menolak larangan aborsi di sejumlah negara bagian di AS. (Rtr)
Advertisement