Rute Gowes Ekstrem Istri Walikota Kediri Setiap Pagi
Di sela kesibukannya sebagai istri dari Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar, Ferry Silviana Feronica selalu menyempatkan berolahraga sepeda. Aktivitas bersepeda tersebut ia lakoni hampir setiap hari, terutama pada waktu pagi. Saat bersepeda, ibu empat anak ini tidak sendiri, selalu didampingi oleh suaminya yang juga hobi berolahraga sepeda.
Aktivitas bersepeda itu ia lakukan bersama suaminya, selepas menunaikan salat Subuh. Ketika bersepeda, Fery Silviana Feronica Abu Bakar tidak lupa selalu memperhatikan kelengkapan keamanan yang selalu ia pakai, seperti helm, sepatu, kaca mata, baju pesepada hingga masker. Ia mengayuh sepeda jenis road bike Giant, sedangkan suaminya memakai jenis Specialized S Work.
"Saya mulai rutin melakukan aktivitas bersepeda pada bulan September 2020. Kegiatan itu rutin saya lakukan di saat pandemi," terang perempuan yang akrab disapa Bunda Fey ini, Rabu 27 Januari 2020 ditemui di Balai Kota selesai mengikuti kegiatan pencanangan vaksin Covid -19.
Ia merasa tertarik memilih olahraga bersepeda karena ia menemukan sebuah tantangan. Selain itu, dengan berolahraga ia merasa sehat sekaligus untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau imun. "Saya merasa olahraga ini sangat seru dan menantang, lagi pula dengan begitu tubuh kita bisa sehat, sekalian tambah imun juga," tambahnya.
Selama gowes, rute yang dilahap pun tak main-main. Jarak dekat, rute yang biasa dipilih seputaran wilayah Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, serta Kecamatan Ngadiluwih.
Sementara untuk jarak tempuh paling jauh yang sudah pernah dilewatinya mencapai 100 kilometer. Selain rute sekitar Kota dan Kabupaten Kediri, terkadang ia bersama sang suami serta komunitas gowesnya, menempuh rute ke luar kota, antara lain Tulungagung serta Blitar.
"Yang kami cari jarak tempuh, kalau pingin rute flat ya, Kediri-Tulunganggung-Blitar. Nanti kalau combine dengan jalan yang menanjak, kita ke lokasi wisata Sendang Tulunganggung. Tergantung rute, kami tidak mencari tempat wisatanya," kata perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pengerak PKK Kota Kediri ini.
Jika jarak perjalanan yang terasa jauh, apabila ada salah satu teman yang merasa kelelahan, ia selalu menyarankan untuk istirahat terlebih dahulu. Setelah istirahat dirasa cukup perjalanan baru kembali dilanjut.
"Kalau ada yang nggak kuat, saya sendiri juga ngomong istirahat dulu deh. Minimal tiga menit lalu jalan lagi. Kami istirahat tidak terlalu lama karena masih melanjutkan perjalanan lagi, yang harus diselesaikan. Saat istirahat bekal yang dibawa cuma air putih saja," kata dia.
Bunda Fey kembali menjelaskan, selain gowes ditemani suami, ia juga memiliki komunitas gowes ibu-ibu. Komunitas gowes tersebut, bernama M2M kepanjangan dari Mama-Mama Mancal. Mereka terdiri dari sembilan orang.
"Mereka ini berstatus ibu rumah tangga semua, masing masing punya kesibukan sendiri. Dengan usahanya, buka toko bermacam macam sih, bervariasi. Yang menyenangkan kami semuanya adalah ibu-ibu yang punya anak dan harus mengurusi rumah, " kelakarnya sambil tersenyum. Di komunitas ini dirinya tercatat sebagai anggota baru.
Dari sembilan anggota yang sudah ada, mereka memiliki tujuan dan prinsip yang sama saat bersepada. Mereka selalu kompak dan cenderung memilih rute jalan menanjak.
"Bukan mencari wisatanya, tapi tanjakanya. Lah kebetulan arahnya ke sana, ke tempat wisata" ujarnya.
Beberapa rute jalan menanjak seputaran Kediri yang sudah ditaklukan oleh kaum emak-emak muda ini antara lain Desa Besuki, Kecamatan Mojo di lereng kaki Gunung Wilis serta di Kecamatan Ngancar lereng kaki Gunung Kelud, Kabupaten Kediri.
Selama pengalamannya bersepeda, ada beberapa rute jalan yang dianggap menantang. Di antaranya rute Sendang di Tulungagung. Rute ini, di samping jalanya menanjak juga diperlukan fisik yang prima serta keseimbangan dalam bersepeda.
Meski, kayuhan sepedanya tak selalu mulus. Pengalaman terjatuh pun dirasakan oleh perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Kediri ini.
"Saya pernah jatuh di Selopanggung, Kecamatan Semen. Sepatunya ngunci, tidak langsung turun. Kami harus bisa melepas sepatu dulu. Itu terjadi awal bulan lalu, di mana saat itu saya belum terbiasa memakai sepatu cleat. Jalannya minggir-minggir tidak bisa manuver. Ya sudah jatuh," kenangnya.
Bunda Fey kembali menceritakan, saat itu posisinya sedang naik ke atas, tapi sudah sampai ditanjakan.
"Jatuh pelan begitu saja," singkatnya.
Meski pernah mengalami insiden terjatuh, tidak membuat dirinya kapok. Ia pun tetap rutin berolahraga sepeda setiap pagi.
Saat bersepeda menempuh perjalanan jauh, Bunda Fey mengaku tidak ada persiapan khusus yang ia lakukan. Ia hanya harus mengatur jadwal istirahat, sebelum hari H bersepeda.
"Hari sebelumnya saya tidak gowes, terus tidur cukup bangun pagi sudah fresh segar kembali, " imbuhnya.
Ia menambahkan, hobi bersepeda tak muncul begitu saja. Di masa remaja, ibu muda ini ternyata sangat suka hiking naik turun gunung.
"Dasarnya saya memang suka olahraga. Terutama outdoor, semenjak SMA saya suka naik gunung terus climbing. Olahraga ini sangat menguras fisik, tetapi justru karena itu saya suka," ujarnya menutup pembicaraan.
Advertisement