Rutan Perempuan Surabaya Olah Sampah Organik Menjadi Eco Enzim
Ratusan penghuni rutan perempuan Surabaya yang berlokasi di Porong, Sidoarjo mengikuti pelatihan memanfaatkan sampah organik menjadi eco enzim.
Pelatihan ini digelar oleh Lions International Distrik 307 B2, sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.
Project Officer Lions, Vanessa Sutanto dan Fitri Rachmawati menyampaikan, eco enzim sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu, pelatihan ini merupakan sosialisasi pentingnya menjaga lingkungan serta menumbuhkan kemandirian kepada warga binaan.
“Eco Enzim ini bahannya dari limbah sampah organik atau limbah rumah tangga seperti kulit buah dan sisa sayuran, sehingga bisa berdampak baik untuk lingkungan karena bisa mereduksi sampah yang terbuang," jelasnya.
Fitri melanjutkan, membuat eco enzim sangat mudah, bahan-bahannya pun juga tersedia di sekitar rumah. Yang menjadi poin penting untuk membuat eco enzim adalah bahan-bahan yang digunakan masih segar. ”Karena jika menggunakan bahan yg sedikit membusuk akan mempengaruhi hasil,” imbuhnya.
Masih dijelaskan Fitri, cara membuat eco enzim adalah satu liter tetes tebu dicampur dengan tiga kilogram kulit buah atau sayur kemudian di beri sepuluh liter air lalu dimasukkan ke dalam galon dan diberi celah udara sedikit.
Diamkan selama tiga bulan atau 100 hari. Eco enzim yang sudah siap panen harus disaring dahulu sebelum digunakan. "Hasilnya bisa untuk perawatan wajah, sikat gigi, campuran sabun mandi, bisa juga untuk menyembuhkan luka luar, pupuk dan banyak lagi manfaatnya," papar Fitri.
Fitri menambahkan, pembuatan eco enzim bisa untuk menyelamatkan lingkungan karena selain bisa mengurangi sampah bisa juga mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. "Jadi pembuatan eco enzim ini dari lingkungan untuk lingkungan juga," imbuh fitri.
Sementara itu, Kepala Rutan Kelas IIA Surabaya, Amiek Dyah Ambarwati mengatakan, pelatihan pembuatan eco enzim ini sangat bermanfaat. Mengingat dalam sehari, limbah sayur yang dihasilkan Rutan Perempuan berkisar 10 kilogram.
“Dulu sampah organik ini dibuang begitu saja, sekarang bisa diolah. Ini sangat membantu kemandirian warga binaan kami,” kata Amiek.
Ia berharap melalui pelatihan ini bisa mengurangi residu sampah organik di lingkungan rutan perempuan Surabaya, dan bisa mempraktekkan nya sendiri.
Setelah pelatihan ini, kami akan mempraktekannya sehingga bisa mengurangi volume sampah yang terbuang," tutupnya.