Rusia Pertanyakan Serangan AS ke Suriah
Palm Beach, Amerika Serikat: Menteri Luar Negeri Rex Tillerson menyatakan kekecewaan atas reaksi sinis Rusia terhadap serangan rudal Amerika Serikat (AS) di Suriah, tapi mengatakan dukungan besar Moskow terhadap rezim tidak mengejutkan.
“Saya kecewa dengan respons dari Rusia karena itu menunjukkan dukungan berkelanjutan Rusia bagi rezim Assad,” kata Tillerson yang dijadwalkan melakukan kunjungan ke Moskow pekan depan.
“Secara khusus,” katanya, respons tersebut menunjukkan “dukungan berkelanjutan Kremlin bagi rezim yang melancarkan serangan keji semacam ini terhadap rakyat mereka sendiri.”
“Saya merasa sangat kecewa, tapi saya harus memberi tahu Anda bahwa itu sama sekali tidak mengejutkan,” kata Tillerson.
Sebelumnya Rusia mempertanyakan serangan Amerika terhadap pangkalan udara Suriah. ketika Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson berkunjung pekan depan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menyebut serangan besar-besaran AS yang diluncurkan pada pagi hari dengan dalih sebagai pembalasan atas serangan kimia yang menurut Gedung Putih dilakukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, adalah tindakan “tanpa tujuan, bodoh dan berbahaya.
Sementara Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan pada Jumat bahwa serangan rudal Amerika Serikat (AS) yang menargetkan pangkalan udara Suriah didasari tuduhan senjata kimia “palsu.”
Washington “mengerahkan kekuatan militer atas tuduhan CW: pertama pada 2003 dan kini di Suriah,” cuitnya, merujuk pada senjata kimia (chemical weapons).
Dia menyamakan serangan tersebut dengan invasi pimpinan AS di Irak, yang didasari tuduhan bahwa Baghdad memiliki senjata pemusnah massal yang kemudian terbukti tidak berdasar.
Iran dan Rusia adalah sekutu terdekat Presiden Suriah Bashar al-Assad dan membela dirinya terhadap tuduhan negara Barat bahwa dia melakukan serangan senjata kimia di kota yang dikuasai pemberontak di wilayah barat laut Suriah pada Selasa hingga menewaskan puluhan warga sipil.
Teheran mengatakan setiap serangan terhadap Assad akan membantu kelompok “teroris” yang menentangnya.
“Bahkan belum ada dua dekade setelah 9/11, militer AS bertempur di pihak yang sama dengan Al Qaeda dan ISIS (Islamic State) di Yaman dan Suriah. Saatnya berhenti mencari sensasi dan menyimpan rahasia
(afp)