Rusia Harus Bertanggungjawab Ditembaknya Pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina Tahun 2014
Uni Eropa dan NATO hari Jumat kemarin, 25 Mei 2018 mendesak Rusia untuk bertanggung jawab atas penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 di Ukraina timur, setelah penyidik internasional menyimpulkan bahwa rudal yang menghancurkan pesawat tersebut berasal dari brigade militer Rusia.
Uni Eropa dan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat itu mengeluarkan pernyataan mengenai penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines tersebut beberapa jam setelah Belanda dan Australia mengatakan mereka menganggap Moskow bertanggung jawab.
“Uni Eropa meminta Federasi Rusia untuk bertanggung jawab dan bekerja sama sepenuhnya dengan segala upaya untuk menegakkan pertanggungjawaban,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan penyelidikan gabungan yang mengumumkan temuannya, Kamis, “menyimpulkan bahwa rudal BUK yang digunakan untuk menembak jatuh pesawat (Malaysia Airlines) dengan nomor penerbangan MH17 tersebut tidak diragukan lagi milik angkatan bersenjata Federasi Rusia.”
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah: “Saya meminta Rusia untuk bertanggung jawab dan sepenuhnya bekerja sama dengan semua upaya untuk menegakkan pertanggungjawaban.”
Mantan perdana menteri Norwegia Stoltenberg mengatakan MH17 adalah “tragedi global dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban.”
Penyelidikan menyimpulkan rudal BUK buatan Rusia yang menghantam pesawat Boeing 777 itu di udara pada 17 Juli 2014 ditembakkan oleh brigade yang berbasis di Kursk.
Ke-298 orang di dalam pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur tersebut tewas ketika rudal menghantam pesawat itu saat sedang terbang melintasi wilayah yang dikuasai pemberontak pro-Rusia.
Sebagian besar korban tewas warga Belanda, tetapi ada warga dari 17 negara termasuk warga Australia di pesawat itu.
Sementara pada hari yang sama Rusia mengatakan, Belanda belum memberikan bukti bahwa Moskow dalang penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 di atas Ukraina timur pada 2014, menuduh Belanda mempromosikan agenda mereka sendiri.
“Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok menelepon saya hari ini,” kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov kepada wartawan di Saint Petersburg.
“Mereka secara praktis meyakini bahwa rudal BUK itu berasal dari Rusia. Saya bertanya kepadanya tentang fakta yang membuktikan klaim ini. Dia tidak memberi saya fakta mengindikasikan mereka ingin Rusia membantu mengumpulkan fakta berdasarkan kecurigaan tidak berdasar,” kata Lavrov.
Dia menuduh Belanda memanfaatkan tragedi yang menewaskan ke-298 orang di dalam pesawat Malaysia Airlines itu untuk “mencapai tujuan politik mereka sendiri.”
Pada Kamis, penyidik internasional mengatakan untuk pertama kalinya bahwa rudal BUK buatan Rusia yang menghantam pesawat Boeing 777 tersebut di udara pada 17 Juli 2014 ditembakkan satu brigade militer Rusia di Kursk yang terletak lebih dari 500 kilometer sebelah selatan Moskow.
Pemerintah Belanda mengatakan, Jumat, Rusia secara langsung “bertanggung jawab” atas penembakan pesawat itu, langkah yang dapat memicu tindakan hukum.
Lavrov menyamakan klaim tersebut dengan kasus mantan agen ganda Sergei Skripal yang diserang dengan racun saraf bersama dengan putrinya Yulia di Inggris pada Maret.
London memutuskan Rusia “kemungkinan besar” bertanggung jawab atas serangan itu menggunakan racun saraf yang dikembangkan di Uni Soviet.
Moskow membantah keras tuduhan tersebut, menantang Inggris untuk memberikan bukti dan mengejek frasa “kemungkinan besar.”
“Ini mirip dengan kasus Skripal ketika mereka mengatakan ‘kemungkinan besar Rusia bertanggung jawab’, tapi Scotland Yard kemudian melaporkan bahwa penyelidikan sedang berlangsung. Dan itu belum selesai,” imbuh Lavrov.
“Rasanya seperti déjà vu,” kata Lavrov.
“Kami masih siap untuk bekerja sama,” sambungnya, mengatakan bahwa informasi yang disediakan Rusia tidak boleh diabaikan atau digunakan secara selektif.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis malam, kembali menyerukan bahwa Moskow harus dimasukkan ke dalam tim investigasi.(mr/nh)
Advertisement