Rusia dan Tiongkok Abstain, Resolusi DK PBB untuk Taliban Lonjong
Perubahan politik di Afghanistan benar-benar menyita perhatian dunia. Negeri yang kini dikuasai kelompok milisi Taliban itu menjadi persoalan yang ditangani Dewan Keamanan PBB, hingga menggelar sidang khusus guna mengatasi masalah tersebut.
Melalu voting, DK PBB akhir mengesahkan resolusi nomor 2593 terkait “perjalanan yang aman” yang harus dipatuhi Taliban di Afghanistan, Senin 30 Agustus 2021.
Namun, Rusia dan Tiongkok memilih abstain saat pemungutan suara berlangsung di bawah presidensi India itu. Dengan begitu, Resolusi DK PBB kepada Taliban tidak bulat alias lonjong.
Sikap Rusia
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengatakan, rancangan resolusi mengabaikan permasalahan utama dan hanya menengahkan isu mengenai Taliban.
“Kami terpaksa untuk abstain selama pemungutan suara pada rancangan resolusi Dewan Keamanan di Afghanistan. Kami melakukan ini karena penulis draf mengabaikan masalah utama kami,” ujar Nebenzia di dalam pertemuan, dikutip Rabu 1 September 2021.
Menurut Nebenzia, perancang draf turut menolak merujuk pada sejumlah organisasi teroris yang diakui secara internasional seperti ISIS, yang dinilai Rusia terkesan membagi pengakuan terhadap kelompok yang kini menguasai Afghanistan itu. Pengesahan resolusi DK PBB soal Taliban di Afghanistan, Senin, 30 Agustus 2021.
“Pertama, terlepas dari kenyataan bahwa resolusi itu diusulkan dengan latar belakang serangan teroris yang mengerikan. Para penulis dengan tegas menolak untuk merujuk pada bagian tentang perang melawan terorisme, termasuk organisasi teroris yang diakui secara internasional, ISIS dan Gerakan Islam Turkistan Timur.
"Kami melihat ini sebagai keengganan untuk mengakui yang jelas dan keinginan untuk membagi teroris menjadi "milik kita dan mereka". Dan, untuk mengecilkan ancaman teroris yang datang dari kelompok-kelompok ini,” terang Nebenzia.
Sikap Kecewa AS
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyatakan, pihaknya kecewa dengan keputusan dua negara tetap DK PBB yaitu Tiongkok dan Rusia, yang memilih abstain dalam voting draf resolusi 2593.
“Jadi, fakta bahwa mereka abstain, saya pikir mereka harus menjelaskannya sendiri. Tapi saya pikir Dewan Keamanan berbicara dengan tegas dan apa yang ada dalam resolusi itu menurut saya adalah masalah yang penting bagi setiap anggota Dewan keamanan termasuk Tiongkok dan Rusia,” ungkap Greenfield dalam konferensi pers yang digelar sesaat setelah rapat.
Warga AS Masih Tertinggal di Afghanistan
Pasca evakuasi warga dan pasukan militer, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menyebutkan, kurang dari 200 warga Amerika masih berada di Afghanistan.
Blinken menagih janji Taliban untuk membiarkan warga Amerika Serikat dapat meninggalkan Afghanistan selama memiliki dokumen lengkap.
“Kami akan menagih Taliban pada janjinya untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghanistan. Taliban berkomitmen untuk membiarkan siapa pun dengan dokumen yang layak meninggalkan negara itu dengan cara yang aman dan tertib. Mereka mengatakan ini secara pribadi dan publik berkali-kali,” ucap Blinken dalam keterangan pers di Washington D.C., Senin 30 Agustus 2021 malam.
Resolusi yang Tak Bulat
DK PBB mengeluarkan rancangan resolusi, Senin 30 Agustus 2021, untuk mendesak Taliban mematuhi komitmennya untuk menyediakan jalan yang aman bagi orang-orang yang ingin meninggalkan Afghanistan, mengizinkan kelompok-kelompok kemanusiaan untuk mengakses negara itu dan untuk melindungi hak asasi perempuan serta kelompok minoritas.
Resolusi itu disahkan dengan 13 suara mendukung dan tidak ada keberatan, tetapi Tiongkok dan Rusia abstain.
Rusia dan Tiongkok secara terbuka mendukung Taliban untuk berkuasa di Afghanistan, serta menyebut bersedia bekerja sama dengan kelompok pimpinan Mullah Abdul Ghani Baradar itu.