Rumah Besaran, Cerobong Pabrik dan Kampung PG Lestari
Bangunan besar bercat kuning gading dan kusen warna abu-abu, terlihat mencolok di antara bangunan lain di kompleks rumah dinas Pabrik Gula (PG) Lestari, Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk.
Rumah besar itu adalah rumah jabatan General Manager (GM), pucuk pimpinan tertinggi untuk posisi pabrik gula di bawah eks PTPN X. Warga yang tinggal di kompleks PG Lestari menyebutnya Rumah Besaran.
”Ya warga di sini menyebutnya Rumah Besaran,” ujar Ani, sopir dinas GM PG Lestari Abdul Aziz Purmali, pada Ngopibreng.id, akhir Desember 2022 lalu.
Data di bagian aset PG Lestari menyebutkan, bangunan rumah tercatat luas 971 meter persegi. Terdapat enam kamar utama, di mana rata-rata berukuran 5x6meter. Untuk ruang tamu luasnya seukuran lapangan badminton. Ruang tamu yang terlihat terawat biasa digunakan untuk rapat para pimpinan pabrik.
Sementara di tengah bangunan, terdapat ruang keluarga dan ruang makan serta dapur. Di beberapa sudut terdapat wastafel, juga cermin dan perabot dari kayu jati.
Sedangkan di samping kanan rumah, terdapat teras, yang luasnya lebih dari seperempat bangunan rumah. Lalu di belakangnya ada beberapa kamar untuk para para pekerja rumah, dan sopir.
”Bapak (GM) biasanya kerap mengajak rapat atau bersantai di teras kanan,” tandas Ani.
Bangunan besar itu, dikelilingi tanaman produktif. Ada kelengkeng, manga juga matoa yang tumbuh menjulang di antara bangunan tua peninggalan kolonial Belanda itu.
Jika tampak dari depan bangunan Belanda ini, plafon kayu yang tinggi. Kemudian, sirkulasi yang terdapat di ujung bangunan dan samping rumah, sehingga memudahkan sirkulasi udara berjalan baik.
Meski air conditioner (pendingin ruang) tidak menyala, ruang-ruang di Rumah Besaran sejuk dan tak pengap. Selain pintu yang besar, juga jendela yang relatif banyak. Jendela hampir ada di setiap ruang, kamar dan sudut-sudut bangunan.
”Dingin kalau di dalam meski AC tidak menyala,” tegas Yori, bagian cleaning service rumah dinas GM PG Lestari.
Hingga kini belum ada data otentik, kapan Rumah Besaran dibangun. Tetapi, jika mengacu pada data berdirinya PG Lestari tahun 1909, kemungkinan Rumah Besaran dibangun tak jauh dari tahun-tahun tersebut. Sedangkan Rumah Besaran sesuai aset PTPN X, baru tercatat tahun 1960.
”Ya, baru tercatat di bagian asset PTPN X tahun 1960,” tegas Asisten Muda, Keuangan dan Umum PG Lestari, Edi Supraptono.
Rumah Megah dengan Penghuni Sepi
Lokasi Rumah Besaran berderet rapi di antara 30 rumah dinas para petinggi PG Lestari. Posisinya berada paling ujung. Di depannya terdapat tanah lapang, dan tempat parkir yang cukup untuk belasan mobil.
Rumah dinas pejabat PG Lestari berada di kompleks PG Lestari di Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Yang berhak mendapat rumah dinas, jabatan setingkat manager dan wakilnya.
Posisi General Manager PG Lestari didampingi lima manajer, yaitu manajer keuangan, manajer pertanaman, manager teknik dan pengelolaan, manager qualitiy asuransi, serta pimpinan yang mengurus karyawan. Juga para wakil-wakilnya sesuai keahlian dan pekerjaan.
Namun, dari 30 rumah dinas itu, hanya dihuni 10 kepala keluarga saja. Sisanya, para pegawai ini memilih tinggal di luar kompleks PG Lestari. Ada juga rumah dinas yang digunakan, hanya untuk singgahan saat kerja dan pulang ketika weekend datang.
Contohnya, GM PG Lestari Abdul Aziz Purmali, penghuni Rumah Besaran, yang digunakan menginap untuk hari kerja. Sedangkan saat akhir pekan memilih pulang ke rumahnya di Jombang. Namun pada hari-hari tertentu, keluarganya juga menginap di Rumah Besaran.
Tentu saja unik. Rumah besar itu, tiap harinya hanya dihuni Abdul Aziz Purmali sendirian. Dia hanya ditemani dua orang, sopir dan petugas cleaning service. ”Kadang ibu dan keluarganya liburan di sini,” ujar Yori, petugas cleaning service di rumah tangga di Rumah Besaran.
Humas dan bagian Keuangan PG Lestari, Choeron, mengatakan, sebenarnya rumah dinas yang disediakan perusahaan, rumahnya besar dan berhalaman luas. Selain itu, lokasinya juga tenang dan aman. Tetapi, para karyawan yang mendapat jatah rumah dinas sebagian besar tidak ditempati.
“Karyawan lebih memilih pulang ke rumahnya,” tegasnya pada Ngopibareng.id, Rabu 21 Desember 2022.
Choeron mencontohkan, para pejabat pabrik gula di bawah eks-PTPN X, memang sering pindah-pindah. Misalnya dari PG Lestari ke PG Djombang Baru, ke PG Tjoekir, ke PG Mrican dan lainnya yang arealnya di Jawa Timur.
”Mungkin itu salah satu faktornya karyawan tidak menetap di rumah dinas,” tandas pejabat yang juga menghuni di rumah dinas PG Lestari ini.
Cerobong Pabrik dan Wayangan
Lokasi PG Lestari berada di tanah seluas 4,1 hektare lebih. Di gerbang pintu masuk, menggunakan buka tutup yang diatur dari pos penjagaan. Ada 10 petugas keamanan yang bergiliran jaga di pos depan, perkantoran dan Rumah Besaran.
Di sebelah utara pos penjagaan, berdiri menjulang dua cerobong pabrik di antara bangunan di PG Lestari di Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk. Di bawah cerobong asap berdiri tepat di antara mesin penggilingan dan pengolahan gula.
Di seberang jalan tepat di pintu gerbang PG Lestari, terdapat perkampungan penduduk, di Desa Ngrombot, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk. Di perkampungan tersebut, dikenal keluarga tokoh Orde Baru, yaitu mantan Menteri Penerangan dan Ketua DPR RI, (alm) Harmoko.
“Iya, di kampung depan PG Lestari, tempat dari alm Harmoko dan keluarganya,” tegas Edi Supraptono, pegawai PG Lestari yang juga warga Desa Ngrombot, Patianrowo.
Menurut Edi Supraptono, saat Harmoko masih hidup, kerap mengundang pertunjukan wayang kulit. Terutama saat ada hari besar atau hajatan keluarga. “Ya panggung wayang biasanya tak jauh dari pintu gerbang PG Lestari. Warga jadi terhibur,” tegasnya.
Pertunjukan wayang kulit juga kerap tampil di PG Lestari, Nganjuk. Terutama saat dimulainya pembukaan giling tebu. Saat giling tebu biasanya mempekerjakan 650 orang lebih dari warga sekitar. “Ya kalau pas giling ramai sekali, siang malam di pabrik,” imbuh Edi Supraptono.
Biasanya saat giling datang, yang terlihat sibuk berada di bagian mesin. Maklum mesin tua yang sebagian peninggalan Belanda itu beroperasi sekitar 105 hari. Selain menimbulkan suara mesin giling, juga ada cerobong asap yang menebar ke langit.
Sebagai antisipasi, pihak PG Lestari biasanya koordinasi dahulu dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Nganjuk dan lingkungan desa setempat.
Advertisement