Rukyatul Hilal di Menara Banyuurip Tuban, Hilal Tidak Terlihat
Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Tuban bersama Tim Badan Hisab Rukyat (BHR) melaksanakan Rukyatul Hilal untuk menentukan awal bulan Ramadan 1443 H/2022 M di Menara Rukyatul Hilal Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Tuban, Jumat 1 April 2022.
Hasilnya, hilal tidak terlihat. Hal itu dibacakan oleh panitera dari Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Tuban, Muntasir.
Ketua Tim Pelaksana Rukyatul Hilal, Mashari mengungkapkan, sebagaimana tahun kemarin untuk pelaksanaan Rukyatul Hilal sore ini tetap dilaksanakan di Menara Rukyatul Hilal yang berada di Desa Banyuurip, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
Lebih lanjut, untuk hilal pada sore hari ini pada saat matahari terbenam berada pada ketinggian 2 derajat 16 menit dan akan bertahan di atas ufuk selama 7 menit 17 detik.
Begitu juga ketinggian hilal di kota-kota besar yang ada di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara 1,5 derajat sampai dengan 2,5 derajat. Dengan kata lain, hilal telah wujud di seluruh wilayah Indonesia.
Kendati demikian, hal ini tidak menjadi pertanda bahwa esok hari Sabtu, 2 April 2022 akan otomatis menjadi awal atau tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriyah.
Ada beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan, bahwa hasil hisab ini harus tetap dibuktikan dengan fakta di lapangan. Yakni hasil pemantauan (rukyat) hilal, adakah yang berhasil melihat atau tidak.
"Semua hasil hisab awal Ramadan 1443 H ini secara astronomis belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Neo MABIMS yang mulai berlaku tahun ini, yakni tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi matahari-bulan minimal 6,4 derajat," jelas Mashari.
Kemudian, dia juga berharap kepada masyarakat untuk tetap menunggu hasil sidang Isbat dari Kementerian Agama (Kemenag) RI yang akan dilaksanakan di Auditorium HM. Rasjidi Jakarta mulai pukul 18.00 WIB.
Terkait hal itu, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Tuban, Ahmad Munir menjelaskan, tinggi hilal kurang dari 2 derajat maka penetapan awal tanggal bulan hijriyah pasti berbeda antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
"Karena Muhammadiyah menggunakan konsep rukyah bil 'ilmi (hisab) dengan konsep wujudul hilal, yaitu yang penting hilal sudah wujud, walaupun kurang dari 2 derajat sudah jatuh tanggal," kata Munir.
Sedangkan NU dan juga Pemerintah Indonesia menggunakan rukyah bil fi'li dengan konsep imkanurru'yah. Posisi hilal bisa dikatakan jatuh tanggal kalau minimal sudah 2 derajat. Maka kalau posisi hilal di atas dua derajat pasti NU dan Muhammadiyah sama penanggalan hijriyahnya.
Sebatas diketahui, pelaksanaan Rukyatul Hilal awal Ramadan 1443 H ini diikuti oleh berbagai unsur lapisan masyarakat, di antaranya MUI, Pengadilan Agama, Pemda, Polres, Dandim, Forkopimca Senori.
Tim BHR, BMKG, Pertamina blok Cepu, Majlis Tarjih Muhammadiyah, Lajnah Falakiyah NU, Pimpinan Pesantren, Kepala KUA, Penyuluh, DMI, beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi jurusan Ilmu Falah, para pemerhati Ilmu Falak serta beberapa undangan lainnya.