Rukunnya Warga dan Pekerja dalam Pembangunan Jembatan Ploso
Selalu ada cerita menarik bagi mereka yang hidup di daerah perantauan. Seperti yang dialami para pekerja PT Waskita Karya yang sudah 15 bulan berada di Ploso Jombang untuk proyek pembangunan jembatan baru.
Satu hal yang paling berkesan, adalah tidak adanya konflik dengan masyarakat lokal. Sejak pembebasan lahan hingga dimulainya pekerjaan konstruksi, belum pernah terdengar ada aksi demo dari masyarakat yang menolak pembangunan Jembatan Baru Ploso.
“Kami di sini nyaman sekali, dari aspek sosial nyaris tidak ada kendala. Buktinya sekarang kami bisa mencapai progress 92 persen,” ungkap Jajang Asparin, Site Operational Manager PT Waskita Karya kepada Ngopibareng.id Selasa 7 Desember 2021.
Baiknya hubungan dengan masyarakat kata Jajang terbukti dalam kehidupan sehari-hari. Selama hampir 15 bulan bekerja di proyek pembangunan Jembatan Baru Ploso, Jajang menyebut warga sekitar bahkan secara cuma-cuma menyeduhkan kopi untuk para pekerja.
“Namanya kopi di sini tidak pernah beli, dibuatkan gratis oleh masyarakat Tembelang dan Ploso,” imbuhnya.
Ngopi bareng pun akhirnya menjadi aktivitas tambahan para pekerja dengan masyarakat sekitar proyek pembangunan jembatan.
“Hubungan dengan masyarakat sangat baik. Kami juga sering membantu masyarakat jika memerlukan bantuan, terutama kegiatan sosial,” tambah pria asal Lamongan ini.
Adanya seduhan kopi gratis dari masyarakat bukan berarti jalannya proyek pembangunan jembatan tak menemui kendala. Jajang mengaku sempat terusik dengan viralnya kerusakan sejumlah ruas jalan alternatif di media sosial.
“Sukanya karena ada kopi, kalau dukanya ya jalan rusak yang viral itu,” lontar Jajang sambil tertawa.
“Jalan memang tidak layak dilewati kendaraan besar, tapi faktanya tetap dilewati. Tapi pada kerusakan tersebut, kami ikut bertanggungjawab dalam bentuk dukungan alat berat untuk kegiatan perbaikan,” ujar Jajang.
Pada awal masa pandemi Covid-19, pembangunan jembatan baru Ploso sempat menemui kendala.
“Juli puncak pandemi, 80 persen pekerjaan kontstruksi terkena pengaruh. Beberapa pekerja yang terindikasi mengalami penurunan kesehatan setelah diperiksa, langsung kami minta istirahat. Ini mengurangi capaian progress pembangunan,” imbuhnya.
Mengenai target selesai pada 31 Desember, Jajang menegaskan pihaknya akan bekerja maksimal. “8 persen akan kami kejar dalam sisa tiga minggu ini. Sebagaimana pekerjaan proyek umumnya, kami bisa melakukan lembur. Terkecuali pekerjaan pemasangan, jika malam dan hujan tidak bisa dilakukan. Harus stop, karena ini pekerjaan berisiko tinggi,” pungkas Jajang.
Cerita sama juga disampaikan Muhammad Edi Kurniawan, pekerja lain PT Waskita Karya yang bertugas sebagai safety officer. Selama bekerja di proyek Jembatan Baru Ploso, banyak cerita, baik suka maupun duka.
“Kami banyak berkawan dengan banyak pekerja dari beberapa daerah, belajar bareng. Suasana sungai yang alami membuat saya nyaman bekerja di proyek ini. Apalagi proyek APBN, ada kebanggaan tersendiri,” katanya.
Sebagai safety officer, Edi mengaku lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat. Demi keselamatan, ia harus rutin melakukan patroli untuk mencegah masuknya orang asing di dalam lokasi proyek.
“Karena memang proyek ini bersinggungan dengan permukiman warga dan lalu lintas yang padat,” ujarnya.
Dengan pendekatan persuasif, Edi mengaku selama ini tidak ada gesekan sosial. Namun ada cerita lucu, ketika sejumlah pekerja melihat sosok berbaju putih di sisi selatan sungai Brantas.
“Teman-teman ekskavator saat melakukan pemasangan sheet pile, bercerita pernah melihat sosok berbaju putih. Lokasinya di pohon pisang pinggir sungai sebelah selatan,” ucap Edi sambil tertawa kecil.