Rujak Bang Sultan Viral, Pembeli Harus Antre Berjam-jam
Rujak Bang Sultan, berlokasi di kawasan Tamrin City, tepatnya di Jalan Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat. Untuk menikmati rujak khas Sukabumi Jawa Barat itu, pembeli harus antre dengan tertib, tidak boleh saling serobot. Ada yang sampai berjam-jam baru dilayani, mengingat banyaknya pembeli.
Perintisnya, seorang pemuda bernama Sultan Yusuf Maulana,30, tahun, tetap ramah dan bersahaja meskipun rujaknya laris manis dan viral di Medsos. "Alhamdulillah, semuanya Allah yang mengatur, kami hanya sebatas ikhtiar," kata Sultan kepada ngopibareng.id.
Sultan yang sebelumnya berprofesi sebagai pelayar ini mengaku awalnya hanya coba-coba jualan rujak. Ide awal jualan rujak muncul saat dirinya menganggur dan tak banyak kegiatan.
Rujak Sultan karakteristiknya berbeda dengan rujak cingur di Jl Genteng Muhammadiyah maupun rujak cingur Jl Peneleh cukup kondang. Pembedanya adalah pada bahan-bahan yang digunakannya beragam.
Paduan cabai dan gula merah pada rujak buah memang menggoda. Tapi semakin mantap lagi kalau ada campuran bunga kecombrang, buah lobi-lobi, gowok, buni dan markisa kampung.
Selain itu, buah-buahannya juga tak sekadar mangga, jambu, dan kedondong, tetapi juga ada ceremai dan lobi-lobi.
Pilihan bahan itu membuat rujak Sultan menjadi lebih segar dengan rasa asam dan pedas yang seimbang. Apalagi dinikmati saat cuaca panas, ' sueger rek'.
Pria yang akrab dipanggil Sultan mengaku sedang bahagia. Sebab, “Rujak Sultan” yang baru berjalan enam bulan, jadi tranding. Awalnya di gerobak, sekarang di kontainer. Baru satu pekan pindah,” ujarnya.
Pria asal Sukabumi ini bercerita, dia mendapatkan ide berjualan rujak dari sang ibu, yang juga membuka lapak di depan rumah mereka. "Ide jualan ini dari Ibu yang jualan di kampung, Orangtua buka usaha rujak sejak saya masih SMP, sekitar tahun 2008,” ujar Sultan.
Atas pencapaiannya, Sultan mengaku bangga karena sejalan dengan cita-citanya, sejak lama ingin punya bisnis kuliner .“Iya (bangga), pengin kayak bisnis kuliner gitu,” ujar dia.
“Ibu di kampung bukanya skala kecil. Saya mikir kenapa enggak coba buka di Jakarta. Di Jakarta kan orang suka yang aneh-aneh, biar beda sama yang lain,” katanya.
Awalnya tak menyangka, kalau pembeli rujaknya serame ini. "Jika "terlambat" buka, karena jalanan macet pelanggan sampai harus waiting list dan menunggu hingga dua jam, lho!
Setibanya di lapak Sultan, pelanggan diperbolehkan menulis nama di buku catatan yang telah disediakan sebagai nomor antrean. Setelah itu, pelanggan akan dipanggil sesuai nomor urut apabila pesanan sudah siap.
Dalam sehari, Sultan bisa menjual 500 hingga 700 porsi rujak. Satu porsi rujak dibanderol sebesar Rp15.000. Per harinya, Sultan bisa meraih omzet hingga hingga Rp 10,5 juta.
“Pernah 1.000 porsi sehari. Kemarin juga ada yang beli 400 porsi sekaligus,” ungkap dia.
Meski memproduksi ratusan porsi rujak sehari, Sultan tak sendiri. Ada dua orang lain yang membantunya mengulek bumbu.
Sembari mengobrol, tangannya yang berlapis sarung tangan plastik masih bergerak menghaluskan gula merah dengan campuran kecombrang dan ceremai. “Satu cobek bisa untuk 25 porsi. Ada dua cobek jadi 25-25 porsi untuk sekali buat,” jelas Sultan.
“Untuk 25 porsi, butuh waktu sekitar 20 menit dari mengulek bumbu, kupas buah, dan masuk ke wadah saji,” ujarnya.