RSUD Layani Donor Plasma Konvalesen Penyintas Covid-19
Ketersediaan plasma darah konvalesen dari para pendonor yang sembuh dari Covid-19 itu kini dilayani RSUD dr. Moh. Saleh, Kota Probolinggo. Plasma darah penyintas (survivor) Covid-19 itu untuk membantu menyembuhkan pasien yang terpapar Covid-19.
“Silakan warga yang sudah sembuh dari Covid-19 untuk mendonorkan plasma darahnya di RSUD,” kata Walikota Hadi Zainal Abidin saat meninjau warga yang donor darah konvalesen di RSUD dr Moh. Saleh, Kota Probolinggo, Senin, 25 Januari 2021.
Dikatakan pendonor plasma konvalesen tidak perlu jauh-jauh pergi ke Surabaya atau Malang jika ingin berdonor. “Di Jawa Timur hanya ada tiga rumah sakit yang melayani donor darah konvalesen, di Surabaya, Malang, dan di RSUD Probolinggo,” katanya.
Demi melayani donor darah konvalesen, RSUD milik Pemkot Probolinggo itu menyiapkan perangkat aspheresis. Perangkat tersebut memproses salah satu komponen darah yakni, plasma kemudian mengembalikan komponen lainnya ke dalam tubuh pendonor.
Kepala Laboratorium RSUD, dr. Boby Mulyadi SpPK yang mendampingi walikota menambahkan, 800 cc dihasilkan dalam sekali pengambilan plasma darah melalui perangkat apheresis. “Plasma darah kemudian kami simpan di semua lemari pendingin bersuhu minus 20 derajat sehingga bisa bertahan tiga hingga enam bulan,” ujarnya.
Bahkan dokter spesialis patologi klinis asal Lumajang itu menambahkan, jika plasma darah disimpan pada suhu minus 40 hingga minus 80 bisa bertahan selama setahun. “Terkait donor darah konvalesen, kami juga menggandeng PMI,” katanya.
Hari itu Yahman, warga Jalan Tjokroaminoto, Kota Probolinggo menjadi pendonor darah konvelesen pertama di RSUD dr. Moh. Saleh. “Saya juga akan mendonorkan plasma konvalesen, soalnya saya kan ‘alumnus’ Covid-19,” kata Paeni Effendi, ASN di Kota Probolinggo.
Tidak ketinggalan Happy, warga Jalan Djuanda, Kota Probolinggo. “Sebagai penyintas Covid-19 yang baru sembuh, saya siap berdonor,” kata pria yang juga wartawan itu.
Sebenarnya, metode terapi plasma konvalesen sudah sangat lama digunakan. Termasuk ketika terjadi pandemi Flu Spanyol pada 1918 silam. Serta saat wabah flu babi, SARS, Ebola, dan MERS beberapa tahun lalu.
Mengutip laman resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), terapi plasma konvalesen dilakukan dengan memberikan plasma atau bagian darah mengandung antibodi dari orang yang telah sembuh (survivor atau penyintas) kepada pasien yang sakit.
Menurut Direktur Lembaga Molekuler Eijkman, Prof. Dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MK., plasma tersebut bisa mengeliminasi virus sehingga diharapkan infeksi bisa terputus.
Terapi plasma konvalesen juga diharap dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada orang-orang yang positif virus corona.