RSUD Dr. Soetomo Coba Transplantasi Paru untuk Sembuhkan Covid-19
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya akan mencoba metode baru untuk menyembuhkan Covid-19. Caranya, dengan cara transplantasi paru-paru. Metode penyembuhan dengan transplantasi paru-paru ini diprioritaskan untuk pasien dengan gejala berat yang mengalami gangguan pernafasan.
Berdasarkan pengalaman selama ini, pasien dengan gejala berat yang mengalami gangguan pernafasan biasanya tak bisa tertolong lagi. Apalagi hanya dengan mengandalkan ventilator untuk mendukung pernafasan pasien.
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi menyampaikan, transplantasi paru-paru ini diupayakan karena sudah ada beberapa jurnal internasional yang menyebutkan keberhasilannya. Misalnya saja di Cina dan Amerika.
Upaya ini, kata Joni, akan diupayakan untuk dilakukan karena berdasar hasil diskusi bersama tim kedokteran banyak pasien dengan gejala berat yang mengalami gangguan nafas tidak dapat ditolong menggunakan alat ventilator.
“Banyak pasien yang mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang tidak bisa ditolong ventilator. Mungkin paru-paru sudah tidak berfungsi,” kata Joni.
Secara teoritis, jelas Joni, paru-paru pasien Covid-19 mengalami fibrosis atau gangguan pernafasan akibat munculnya jaringan parut di paru-paru. Sehingga, paru-paru tidak bisa berfungsi normal.
Oleh karena itu agar paru-paru bisa bekerja normal diperlukan transplantasi paru-paru. Caranya dengan mengganti jaringan paru yang baru.
Kata Joni, cara ini akan dicoba, karena sampai sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyebuhkan pasien Covid-19.
“Kita terus berupaya, jadi memang sampai saat ini saya dapat informasi dari Direktur WHO di Asia Pasifik belum ada obat draft of choice,” ujarnya.
Ia optimis, upaya transplantasi paru-paru ini bisa dilaksanakan di RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Penyebabnya, rumah sakit terbesar di Indonesia Timur ini sebelumnya sudah berpengalaman dalam transplantasi ginjal dan liver.
“Problemnya ini adalah donornya yang susah. Kalau di Cina dan Amerika mudah mencari donor. Sedangkan di Indonesia sulit. Ini butuh pemahaman masyarakat. Kita sudah pengalaman dalam transplan ginjal, kemudian liver. Tinggal paru-paru sedang kita kembangkan. Mudah-mudahan ini jadi modal baik dalam penanganan Covid-19,” pungkasnya.