RSMU Gelar Workshop Pentingnya Deteksi Dini Mata Anak
Sebanyak 73 refraksionis dan nurse mengikuti seminar dan workshop bertajuk 'Virtual Development and Evalution to Determine the Refractive or Organik Disorder in Children' yang diadakan Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU) Surabaya, Sabtu, 28 Oktober 2023.
Seminar dan workshop ini, juga menjadi serangkaian acara peringatan World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia yang diselenggarakan oleh RS Mata tertua di Indonesia Timur.
Direktur Utama RSMU, dr Sahata Napitupulu, Sp.M (K) mengatakan, acara ini digelar untuk meningkatkan pengetahuan tentang penglihatan dan fungsi mata. Terutama mengenai deteksi dini adanya gangguan penglihatan pada anak-anak.
"Bagi kami para dokter deteksi dini penting dilakukan dan diperlukan untuk mendapatkan generasi muda yang produktif. Seperti diketahui, suatu penyakit atau gangguan pada mata akan lebih tertangani dengan maksimal apabila datang sedini mungkin," terang dr Sahata.
Sahata menjelaskan, kebanyakan kasus mata yang terjadi bila tidak dideteksi dini atau sudah terlambat akan sulit untuk disembuhkan.
"Kami membahas bagaimana melalukan deteksi dini dari awal gangguan pada mata itu muncul, bukan setelah muncul minus 5 misalnya baru dilakukan koreksi. Diawal-awal harusnya sudah dilakukan koreksi dengan deteksi dini tersebut," ungkapnya.
Ia menyebut, keterlambatan deteksi dini pada anak juga bisa mengakibatkan terjadinya mata malas atau dalam bahasa kedokteran disebut ambliopia.
"Jadi dengan adanya pelatihan ini harapannya, bila ditemukan kelainan refraksi pada anak bisa dikoreksi dengan baik," tambahnya.
Sementara itu, sekretaris acara sekaligus tenaga refraksionis RSMU, Anggoro Rubyanto mengungkapkan, acara ini dilakukan agar para tenaga refraksionis bisa membantu dokter dalam penegakan diagnosa.
Tenaga refraksionis memiliki tugas melakukan pemeriksaan tajam penglihatan awal sebelum pasien bertemu dengan dokter.
"Kami berbagi ilmu mengenai cara pemeriksaan pada anak kecil, baik mengenai kelainan refraksi atau kelainan organik seperti, katarak dan glaukoma," ujar Anggoro.
Baginya, kemampuan deteksi kelainan mata pada anak penting dimiliki para tenaga refraksionis mengingat lifestyle yang berkembang saat ini.
"Anak-anak saat ini lifestyle-nya main gadget. Dengan deteksi dini ini bisa membantu dokter mata untuk lebih menguatkan diagnosa," tambahnya.
Anggoro menambahkan, antusias para peserta begitu tinggi dalam mengikuti acara ini. Mereka datang dari berbagai daerah seperti, Jakarta dan Bogor.
Salah satu peserta yang hadir dari Surabaya adalah Alan Purwanto. Mahasiswa Akademi Refraksi Optisi ini mengaku, ingin lebih mendapatkan ilmu dan pengalaman sebelum benar-benar terjun menjadi refraksionis.
"Banyak yang kami pelajari hari ini, seperti pengetahuan kalau mata minus itu tidak bisa disembuhkan dengan sayur atau buah yang mengandung vitamin A. Kalaupun minusnya turun hanya setengah saja mungkin, karena mata minus itu berarti ada kelainan di bola matanya," tandasnya.