RSGM Unair Berhasil Operasi Ortognatik, Kasus Langka di Asia
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Airlangga, Surabaya berhasil melaksanakan operasi bedah ortognatik. Direktur RSGM Universitas Airlangga Surabaya sekaligus dokter yang melakukan bedah ortognatik, Prof. drg. Coen Pramono mengatakan, operasi ortognatik merupakan kasus langka bagi orang Asia.
"Ini kasus langkah kalau di Asia. Tapi di luar negeri orang bule sudah banyak terjadi," kata kata Coen Pramono, Jumat 11 Januari 2019 di RSGM.
Saat paparan, Coen Pramono memperlihatkan perbedaan rahang yang mencolok antara sebelum operasi dan pascaoperasi yang dilakukan terhadap pria berusia 18 tahun itu. Bedah ortognatik sendiri dilakukan untuk memperbaiki susunan rahang atas dan bawah, memposisikan rahang atas dan bawah sejajar dengan kepala supaya harmonis. Kelainan ini merupakan kelainan bawaan atau genetik, tidak faktor lain yang mempegaruhinya.
"Kalau ada kepala rahang menempel pada dasar kepala itu kita perbaiki. Kita perbaiki rahang atas nanti yang bawah akan mengikuti, sehingga rahang atas dan bawah akan terletak simetris pada kepala. Ini terjadi karena genetik," kata dokter spesialis bedah mulut ini.
Coen Pramono menambahkan, bedah ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi kunyah dan fungsi gigitan, karena kondisi kelainan gigi ini cenderung memiliki kondisi gigi yang berantakan.
"Untuk memperbaiki fungsi kunyah dan mengigit saat makan, kalau faktor estetik atau kecantikan itu mengikuti saja," ujar Coen.
Dalam hal ini Coen Pramono menuturkan, kesulitan operasi terletak pada bentuk anotomi wajah pasien. Semakin tidak beraturan bentuk wajah pasien, akan semakin sulit operasi yang dilakukan.
Lanjutnya, operasi ini memakan waktu lima sampai enam jam sedangkan proses penyembuhannya sekitar 1,5 sampai 3 bulan.
"Proses pacaoperasi hanya sekitar 1,5 sampai 3 bulan setelahnya pasien bisa aktivitas seperi biasanya," kata dia.
Alat khusus yang digunakan salah satunya plat wiber, yaitu alat untuk memotong rahang agar bisa simetris dan sejajar dengan kepala.
Untuk biaya, Coeng Pramono mengungkapkan paket bedah ortonagtik berkisar di angka Rp 100 juta. Menurutnya, biaya ini lebih murah dibandingkan melakukannya di luar negeri. Dan untuk pasien BPJS kesehatan ia mengaku belum bekerja sama dengan BPJS.
"Harganya per paket sekitar Rp 100 juta. Kalau di Singapura bisa sampai 160 juta. Sementara ini kita belum bekerja sama dengan BPJS mungkin nanti ke depannya," ujar dia.
Menurut Coen Pramono, dengan keberhasilan RSGM melakukan bedah ortonagtik pada 26 Desember 2018 lalu, ke depannya RSGM juga sudah siap dengan kasus kelainan gigi dan mulut lainnya yang lebih sulit dan serius.
"Ke depannya kita sudah siap dengan kasus-kasus sulit lainnya. Rencananya Maret mendatang kita akan lakukan operasi tumor di bagian rahang," kata dia. (pita)