Tak Ada Pernyataan Resmi, Pedagang Yakin RS Covid Batal Dibangun
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi kembali melakukan pertemuan untuk membahas polemik rencana pendirian Rumah Sakit (RS) Covid-19 di area Mall City of Tomorrow yang dikelola RS Siloam di Balai Kota, Surabaya, Rabu 14 April 2021. Dalam pertemuan tersebut hadir langsung dokter Grace Ferlita Indrajaja selaku Direktur RS Siloam, dan dihadiri pula oleh Perkumpulan Penghuni Pemilik dan Pedagang (P4) Cito.
Pertemuan tersebut berbeda jauh dengan pertemuan pertama bersama dengan P4 Cito, 29 Maret 2021 lalu. Dalam pertemuan ini, wartawan tak boleh ikut masuk untuk meliput. Tak hanya itu, Eri pun pejabat Pemerintah Kota Surabaya tak menberikan pernyataan kepada wartawan.
Namun, kata Yazid selaku Sekretaris P4 Cito, sesuai janji dan komitmen Walikota Surabaya tidak akan membangun RS Covid-19 di Cito. “Pak Wali (Eri) sudah memastikan tidak akan ada RS Covid di kawasan Cito, nanti akan dicarikan alternatif untuk meramaikan Cito bagaimana menumbuhkan ekonomi di situ, nanti akan ada pertemuan selanjutnya,” kata Yazid usai pertemuan.
Pedagang memang, kata Yazid, sangat mengeluhkan wacana pendirian RS Covid-19 di Cito. Pasalnya, wacana tersebut sangat berdampak pada laju ekonomi yang makin menurun, setelah sebelumnya sudah turun karena berbagai kebijakan yang diambil pemerintah. “Ekonomi kami jadi turun sampai 70 persen,” ungkapnya.
Berdasar pemahaman pedagang, penurunan tersebut karena banyak warga yang takut ke Cito karena adanya RS Covid-19. Sebab, penularan virus tersebut sangat mudah dan cepat.
Tak hanya itu, yang menjadi pertanyaan lainnya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dipegang adalah sebagai hotel. Hanya saja, hal tersebut tak mendapat penjelasan dari pihak manajemen Lippo Group.
Sementara itu, Grace Ferlita mengaku, senang dan akan mendukung upaya untuk mengembalikan ekonomi di Cito. “Tidak ada pembicaraan tentang RS. Hasilnya bagus bagaimana caranya agar Mall Cito bisa ramai kembali seperti semula. Tapi memang dalam pertemuan tidak ada keputusan seperti apa, yang masih akan kami pikirkan bersama,” kata Grace.
Ia mengaku, bukan hal mudah untuk mengembalikan ekonomi di Cito seperti sebelumya, karena penurunan yang terjadi begitu signifikan. Di sisi lain, masih terjadinya penularan Covid-19 membuat sebagian masyarakat tidak berani untuk keluar. “Mereka minta bantu dong bagaimana bisnisnya naik lagi. Tapi kan sorang presiden pun tidak bisa menjamin ekonomi, bisa langsung naik. Tapi kami harus mencoba, tak boleh langsung terpuruk dan menyerah,” ujarnya.
Dikabarkan sebelumnya, Walikota Surabaya tidak mengeluarkan izin operasional RS Covid-19 di Cito dengan alasan keamanan warga dan dampak ekonomi yang ditimbulkan. "Tujuan kami, bagaimana Cito bisa kembali ramai seperti dulu. Kedua kami tidak ingin ada RS Covid di sana," kata Eri ketika ditemui di Balai Kota Surabaya, Senin 29 Maret 2021 siang.
Selain karena dampak yang ada, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu mengungkapkan, saat ini bed occupancy rate (BOR) di seluruh RS Rujukan Covid-19 dan RS Darurat yang ada sudah menurun. "Saat itu kami sudah pernah ngobrol kondisi Covid-19 di Surabaya sudah turun. Jatim mayoritas jadi kuning, sekarang tugas kami bagaimana mengurangi kasus. Kemudian tingkat keterpakaian tempat tidur (RS Rujukan) kita (Surabaya) 35 persen," ungkapnya.
Catatan redaksi: Berita telah mengalami proses koreksi pada pukul 19:32 WIB.