Roy Suryo Sentil Pemerintah Tak Serius Investigasi Drone Asing
Belum adanya tanggapan serius pemerintah atas temuan drone bawah laut yang diduga milik Cina, membuat Roy Suryo ikut menyentil pemerintah juga.
Seperti biasa Roy Suryo menyentil pemerintah lewat media sosial Twitter miliknya.
Menurut catatan Roy Suryo kasus drone bawah laut yang diduga milik Cina nyelenong ke perairan bawah Indonesia sudah terjadi yang ketiga kalinya. Pertama di Pulau Tenggol pada Maret 2019. Kedua, di Kepulauan Masalembu pada Januari 2020. Dan, ketiga di Kepulauan Selayar pada Desember 2020 lalu.
"Drone bawah Laut / UUV (Unmanned underwater vehicle) Chinese Sea Wing (Haiyi) di Perairan Selayar, Sulsel harus disikapi tegas Pemerintah," kata Roy dalam cuitannya.
Permintaan agar pemerintah bersikap tegas terhadap masuknya drone yang diduga milik Cina ini. Sebelumnya anggota Komisi I DPR RI Sukamta meminta pemerintah segera mengungkap asal-usul benda asing, diduga pesawat nir-awak (drone) bawah air, yang memasuki perairan Indonesia pada penghujung Desember 2020.
Benda asing itu ditemukan oleh nelayan di perairan Pulau Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, dan kini diamankan di Pangkalan TNI Angkatan Laut di Makassar.
"Pemerintah harus serius mengungkap asal usul drone tersebut," ujar Sukamta melalui pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Sabtu.
Sukamta mengatakan jika benar benda itu merupakan drone yang dimiliki negara lain, maka pemerintah harus melakukan protes keras dan melakukan tindakan diplomatik yang tegas.
Sebab, drone bawah air tersebut sudah masuk sangat dalam ke wilayah Indonesia dan dia khawatir, sudah ada drone lain yang berkeliaran di wilayah Indonesia dan mengambil data-data penting geografis dan potensi laut Indonesia.
"Artinya keamanan nasional kita sangat rentan," kata Sukamta.
Selanjutnya, anggota DPR RI asal Yogyakarta itu juga meminta TNI Angkatan Laut dan Bakamla meningkatkan pertahanan teritori dengan lebih memperbanyak patroli laut, terutama di pintu-pintu masuk wilayah Indonesia.
"Tentu kita tidak mau wilayah kita diobok-obok pihak asing. Oleh sebab itu kewaspadaan harus ditingkatkan dengan melakukan patroli secara ketat," kata Sukamta.
Selain itu, menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, peristiwa itu juga menjadi tantangan untuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto agar meningkatkan lagi kemampuan teknologi pertahanan, khususnya dalam penginderaan jarak jauh.
"Ini pekerjaan rumah Pak Menhan untuk mendorong percepatan pengembangan teknologi penginderaan jarak jauh. Indonesia bisa melalukan kerja sama dengan beberapa negara lain untuk alih teknologi selain tentunya dengan mendorong riset nasional untuk pengembangan teknologi yang mendukung sistem pertahanan yang handal. Lebih dari itu pemerintah perlu segera perbaiki sistem keamanan teritori, agar kejadian drone yang menyelundup ini tidak terulang lagi," kata Sukamta.
Ahli pertahanan dan keamanan Australian Strategic Policy Institute, Malcolm Davis menyebut benda tersebut adalah drone bawah laut yang dikirim China untuk memahami oseanografi dan sifat batimetri bawah laut wilayah tersebut.
Dilansir dari ABC News, Davis mengatakan insiden itu patut diwaspadai lantaran drone itu ditemukan pada rute maritim utama yang menghubungkan Laut China Selatan dengan Samudera Hindia dekat daratan Australia.
Davis mengatakan ini merupakan sinyal bahwa Angkatan Laut China bersiap mengerahkan kapal selam lebih dekat ke pesisir pantai utara Australia.
"Ini memang mengirimkan sinyal bahwa AL China sedang bersiap mengerahkan kapal selam lebih dekat ke utara Darwin dan kami harus bersiap menghadapi prospek aktivitas kapal selam yang jauh lebih dekat ke pantai utara Australia daripada sebelumnya," kata Davis.
"Mereka (China) perlu memahami oseanografi dan sifat batimetri wilayah itu, jadi itu lah alasan penempatan pesawat layang tersebut," paparnya menambahkan.
Menurut sejumlah media di Indonesia, drone tersebut memiliki panjang hingga 225 centimeter dengan lebar sayap 50 sentimeter dan antena sepanjang 93 sentimeter.
Dilansir The Guardian, menurut portal berita militer Naval News, data UUV bisa sangat berharga bagi perencana angkatan laut, khususnya operasi kapal selam.
"Semakin baik angkatan laut mengetahui medan perairan, semakin baik kemampuannya untuk sembunyi dari musuh," bunyi portal tersebut.
Semula, drone tersebut diserahkan ke polisi. Namun, saat ini TNI telah mengambil kendaraan nirawak bawah laut itu dan tengah diselidiki di Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 di Makassar.
Analis keamanan asal Indonesia, Muhammad Fauzan mengatakan drone tersebut "sangat mirip dengan UUV 'Sea Wing' China. Jika benar, Fauzan menuturkan penemuan drone ini akan menimbulkan banyak pertanyaan, terutama bagaimana itu bisa ditemukan jauh di dalam wilayah Indonesia.
"Dalam beberapa tahun terakhir China telah melakukan banyak kejahatan atau bahkan aktivitas subversif di wilayah tersebut," kata Fauzan.
Insiden serupa pernah terjadi dua kali yakni pada 2020 dan 2019. Pada Maret 2019, sebuah drone Sea Wing UVV yang sama ditemukan oleh nelayan di dekat Pulau Riau.
Pada awal 2020, sebuah drone kapal selam China juga ditemukan di dekat Pangkalan Angkatan Laut Surabaya.
Hingga kini, China belum berkomentar terkait laporan penyitaan drone bawah lautnya di perairan Indonesia.
Advertisement