Roti Buaya Lambang Kesetiaan Dicari Hanya Pada Bulan Musim Orang Menikah
Masyarakat Betawi meyakini, buaya adalah hewan yang setia dan sifat itu tidak dimiliki oleh hewan yang lain. Oleh karenanya dalam perkawinan adat Betawi mempelai pria wajib hukumnya membawa sepasang roti buaya untuk diberikan kepada mempelai putri sebagai ikar kesetian. Sekali berpasangan untuk selamanya.
Bagaimana roti dengan nama buaya bisa hadir dalam sebuah acara pernikahan. Maka perlu pahami makna filosofis dari roti buaya yang selalu dihadirkan dalam pernikahan adat Betawi.
Buaya termasuk hewan yang setia, karena buaya hanya kawin dengan satu pasangan saja. Maka tidak heran jika buaya disimbolkan sebagai kesetiaan pada roti buaya dalam pernikahan adat betawi. Selain itu roti buaya juga melambangkan kesabaran dan kestabilan ekonomi.
Awalnya roti buaya dibuat dengan tekstur yang keras dan sengaja dibiarkan sampai membusuk. Hal ini menyimbolkan bahwa pasangan yang menikah langgeng hingga akhir hayat. Namun seiring dengan perubahan zaman, roti buaya dibuat dengan tekstur lebih lembut sehingga dapat dimakan. Roti buaya pun dibagi-bagi kepada kerabat yang belum menikah dengan harapan dapat segera menyusul untuk menikah.
Buaya dipilih karena perilaku yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu.
"Yang penting bagi saya filosofinya, bukan rotinya. Karena itu ketika anak saya Noval menikah, membawa sepasang buaya sebagai seserahan mengikuti adat Betawi saya mengamini saja," kata Abdul Latif. Ia berharap anaknya mengugemi filosofi roti buaya, dalam berumah tangga.
Perajin Roti Buaya Makin Langka Mulai Langka
Untuk mendapatkan roti buaya, ternyata tidak mudah, seiring dengan semakin langkanya pembuat atau perajin toti buaya. Berbeda dengan kue atau roti pada umunya, bisa dibuat di setiap karena selalu laku.
"Roti buaya dicari hanya pada saat musim orang menikah pada bulan Besar dan Maulud. Di luar bulan itu tidak ada yang pesan," kata H Mudin perajin roti buaya di daerah Rawa Belong Jakarta Barat.
Menurut Muhidin di daerah Rawa Belong ini ada tiga toko kue yang melayani pesanan roti buaya. "Kalau ada pesanan lainnya ke saya," kata pria Betawi berusia 64 tahun yang mewarisi orang tuanya sebagai perajin roti buaya.
Roti buaya buatan Mudin harganya bervariasi antara Rp120 ribu sampai Rp350 ribu, tergantung ukurannys. "Saya pernah dapat pesanan roti buaya ukuran 1 meter, harganya waktu itu Rp750 ribu," kenang Muhidin ketika dihubungi Ngopibareng.id.
Ia menyebut roti buaya adalah makanan khas Betawi berbentuk buaya yang disajikan dalam acara-acara khusus, seperti pernikahan dan kenduri. Roti ini merupakan simbol kesetiaan dalam pernikahan adat Betawi.
Makna Roti Buaya
Roti melambangkan kemapanan karena pada masa lalu hanya bangsawan yang makan roti. Buaya melambangkan kesetiaan karena hanya kawin sekali seumur hidup. Buaya juga dianggap sebagai hewan suci karena kesabaran dan ketenangannya mencari mangsa.
Roti buaya mulai dikenal saat bangsa Eropa masuk ke Indonesia. Masyarakat Betawi berpikir untuk memberikan sesuatu sebagai simbol ungkapan perasaan kepada pasangan. Roti buaya biasanya dibagikan kepada tamu undangan yang masih lajang.
Roti buaya dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yang diletakan di atas punggungnya. Roti buaya acapkali menjadi salah satu seserahan wajib bagi keluarga dari suku Betawi. Pihak mempelai pria menyediakan sepasang roti buaya yang dihias dengan kertas warna-warni serta diberi alas nampan.
Roti dibuat dengan ukuran yang terbilang besar yaitu sekitar 50 sentimeter. Namun, ukuran dapat lebih besar atau kecil bergantung dari permintaan keluarga pengantin.
Saat memberikan seserahan roti buaya biasanya disertai dengan barang lainnya seperti uang mahar, baju kebaya, selop, kain, perhiasan, peralatan rumah tangga, dan alat kecantikan.
Di masa sekarang ini roti buaya masih bisa dijumpai. Walaupun tidak sebanyak zaman dulu, pengrajin roti buaya masih memproduksi roti untuk acara khusus seperti pernikahan.
Hal ini disebabkan budaya Betawi memiliki kepercayaan bahwa buaya memiliki sifat yang setia kepada pasangan.
Berbeda dengan Buays Darat
Masyarakat pasti pernah mendengar istilah 'buaya darat'. Istilah yang diberikan kepada laki-laki yang tidak setia kepada pasangannya.
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan istilah buaya darat ini digunakan masyarakat Indonesia untuk menggambarkan kelakuan para pria yang tidak setia.
Ada yang menganalogikan ungkapan tersebut seperti perilaku buaya. Namun, sesungguhnya buaya adalah salah satu hewan yang setia. Buaya jantan bahkan tidak akan mencari buaya betina yang lain jika pasangannya mati.
Bahkan buaya jantan sangat protektif saat buaya betina bertelur sampai menetas. Masyarakat Betawi meyakini hal iti dan diujudkan dalam bentuk 'Roti Buaya'.
Advertisement