Rompi Karya Mahasiswa ITS Ini Bisa jadi Detektor Serangan Jantung
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menciptakan rompi berbasis Internet of Things (IoT) dan deep learning yang terhubung dengan aplikasi berbasis ponsel cerdas.
Rompi ini dapat digunakan untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, terutama bagi orang-orang yang bekerja di malam hari.
Inovasi ini digagas oleh Muhammad Cendekia Airlangga, Brilliant Rizqi Haqiqi, Renaka Agusta, Dwisainstia Aponno, dan Izzah Awwalin Khoirun Nisa dari Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC).
"Rompi tersebut diproyeksikan bekerja meniru proses kerja otak manusia," kata salah seorang anggota tim, Dwisainstia Aponno.
Enzy, sapaan Dwisainstia Aponno menjelaskan, ide ini lahir dari pengamatan bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.
“Sehingga kami melihat adanya kesempatan untuk membuat alat yang dapat digunakan dan akurat dalam mendeteksi serangan jantung,” ungkap Enzy.
Mengenai mekanisme kerjanya, pengguna akan diberi peringatan melalui ponsel pintar untuk segera melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terdeteksi adanya indikasi serangan jantung.
Pada saat yang bersamaan, kondisi serta lokasi pengguna juga akan dikirimkan ke tenaga medis terdekat, sehingga pertolongan pertama dapat dilakukan secara ringkas dan tepat.
Dengan tetap memperhatikan aspek kenyamanan pengguna, rompi tersebut dirancang dengan beberapa pertimbangan khusus. Bahan dasar rompi sendiri menggunakan kain katun dengan berbagai komponen elektronik disematkan pada saku di bagian depan rompi. Kemudian terdapat lubang pada beberapa sisi sebagai jalur elektroda tempel dan kabel.
“Perancangan ini memudahkan tata letak komponen secara fleksibel yang tidak mengganggu aktivitas pengguna,” kata gadis asal Malang ini.
Dari hasil pengujian, rompi detektor serangan jantung tersebut mampu beroperasi dengan akurasi klasifikasi sebesar 90 persen dan memberikan hasil pembacaan yang baik ketika digunakan saat istirahat ataupun beraktivitas.
“Sehingga keseluruhan sistem mampu mendukung pertolongan cepat tanggap melalui integrasi antara rompi dengan aplikasi,” tutur mahasiswa angkatan 2018 tersebut.
Melalui ide solutif tersebut, Enzy dan timnya ini berhasil menyabet medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021 lalu.
"Ke depan kami ingin melakukan modifikasi bagian komponen elektroniknya, sehingga rompi akan mengonsumsi daya yang lebih kecil. Selain itu, komponen yang digunakan dapat diringkas lagi untuk menekan biaya produksi,” tandasnya.